Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satelit Meluncur dari ISS, Eks Mahasiswa Surya University: Lega

image-gnews
VIdeo peluncuran satelit nano Surya Satelit-1 (SS-1) dari Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS disaksikan di Auditorium Soemitro Djojohadikusumo, Gedung BJ Habibie - BRIN, Jakarta, Jumat 6 Januari 2023. Foto: Maria Fransisca Lahur
VIdeo peluncuran satelit nano Surya Satelit-1 (SS-1) dari Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS disaksikan di Auditorium Soemitro Djojohadikusumo, Gedung BJ Habibie - BRIN, Jakarta, Jumat 6 Januari 2023. Foto: Maria Fransisca Lahur
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Detik-detik menuju peluncuran satelit nano Surya Satellite-1 (SS-1) dari Stasiun Luar Angkasa Internasional atau International Space Station (ISS) terlihat di layar raksasa Auditorium Soemitro Djojohadikusumo lantai 3 Gedung BJ Habibie - BRIN, Jakarta Pusat. Angka hitung mundur di kanan atas sudah sampai angka satu, namun tak terlihat ada yang dilepaskan dari peluncur ISS pada layar.

Mengandalkan kamera luar ISS, penonton tetap bersabar. Sekitar 22 detik kemudian terlihat sebuah kotak hitam terbang ke luar dari stasiun antariksa internasional tersebut. Tepuk tangan pun memenuhi ruangan. Hari ini, 6 Januari 2023, satelit nano pertama karya anak bangsa meluncur dari ISS untuk mengorbit Bumi.

“Wah, lega banget. Itu pemandangan yang mau kami lihat sejak enam tahun lalu. Akhirnya, benar-benar bisa lihat dengan mata kepala sendiri,” kata Setra Yoman Prahyang, Surya Satellite-1 Project Leader, mewakili teman-temannya.

Dia sambil terus mengamati di layar raksasa masih terlihat satelit mungil itu melayang-layang di angkasa yang luas. Dari ketinggian ISS pada 380-420 kilometer, satelit nano itu diproyeksi akan beranjak dan beroperasi di ketinggian 400-420 kilometer, dengan sudut inklinasi 51,7 derajat.

Setra memperkirakan satelit pertama buatan kampus, yang pengerjaannya dibimbing tim di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional--sekarang melebur ke dalam BRIN, tersebut akan berfungsi selama  6 -12 bulan. “Jika pada umurnya nanti, dia akan masuk kembali ke atmosfer dan ludes terbakar,” katanya 


Misi Satelit Nano

Misi Utama dari Proyek SS-1 adalah Automatic Package Radio System untuk kebutuhan Radio Amatir (ORARI). Juga dapat difungsikan untuk komunikasi dan deteksi kebencanaan.

Peluncuran satelit nano Surya Satellite-1 (SS-1) ke Stasiun Antariksa Internasional pada Minggu 27 November 2021. Foto : Twitter

Proyek SS-1 diinisiasi oleh perekayasa muda di Univeritas Surya bekerja sama dengan Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI) sejak Maret 2016. Setahun kemudian, SS-1 memulai pengerjaan dan pelatihan pembuatan satelit nano dengan supervisi dari para periset di Pusat Teknologi Satelit LAPAN--sekarang BRIN.

Sebanyak 7 mahasiswa Surya University yang turut mengembangkan SS-1, yaitu Hery Steven Mindarno, Setra Yoman Prahyang, M. Zulfa Dhiyaulfaq, Suhandinata, Afiq Herdika Sulistya, Roberto Gunawan, dan Correy Ananta Adhilaksma. Kini, saat satelit benar-benar mengangkasa di luar Bumi, mereka sudah menjadi alumni.

Perjalanan Panjang Bogor-Tsukuba-Cape Canaveral-ISS

BRIN turut memberi dukungan penuh terhadap proyek pengembangan satelit nano yang diprakarsai oleh Surya University ini. Dukungan berupa bimbingan ahli satelit dimulai dari tahap desain, manufaktur, perangkaian, hingga pengujian satelit.

Selanjutnya juga dukungan kolaborasi multi-pihak antara tim insinyur muda bersama PT. Pasifik Satelit Nusantara, Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI), dan PT. Pudak Scientific. Dukungan diberikan pula oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam proyek pengembangan Satelit SS-1.

Peluncuran dan pelepasan SS-1 ke orbit bisa terlaksana karena peran United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA). Pada Februari 2018, Tim SS-1 mengikuti sayembara program KiboCUBE yang diinisiasi oleh kedua organisasi antariksa tersebut dan diumumkan menjadi pemenang pada Agustus 2018. Hadiahnya, Tim SS-1 memperoleh slot peluncuran satelit nano dari kamar Jepang di ISS. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah diumumkan menjadi pemenang sayembara Kibo-Cube itulah, Tim SS-1 melakukan Perjanjian Kerja Sama dengan Pusat Teknologi Satelit LAPAN (sekarang Pusat Riset Teknologi Satelit – BRIN). Mereka mencari bimbingan pembuatan satelit nano, pengadaan berbagai komponen ‘Space Grade’, dan pemakaian alat pengujian yang diperlukan dalam pembuatan SS-1.

Selanjutnya, dalam Asia Pacific Regional Space Agency Forum (APRSAF) ke-24 di Singapura pada November 2018, Tim SS-1 menjalin perjanjian kerja sama dengan JAXA. Perjanjian ini untuk pembimbingan proses pembuatan Nano Satelit yang terdiri atas beberapa fase review. Pada Februari 2019, tim SS-1 melakukan kerja sama dengan PT. Pudak Scientific, Bandung – Jawa Barat untuk proses pengadaan Manufaktur Struktur dari SS-1.

Tim SS-1 menerima kunjungan dan bimbingan teknis dari JAXA pada Mei 2019, kala itu berlokasi di Pusat Teknologi Satelit. Pertemuan ini untuk membahas dokumen teknis peluncuran yang diperlukan untuk Fase 01 yang berisi Perancangan dan Simulasi Nano Satelit. Pada Desember 2019, tim SS-1 dinyatakan lolos pada tahap Fase 02, dan melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu Fase 03 yang berisi Pembuatan dan Pengujian Nano Satelit. Lalu, pada 2020, dilanjutkan proses pengerjaan Dokumen Fase 03 dan pengadaan beberapa komponen untuk Flight Model Surya Satellite-1.

Selanjutnya, pada pertengahan 2021, dimulai perangkaian satelit SS-1 dan melakukan beberapa tahap pengujian yang terdiri dari Final Functional Testing dan Environmental Testing yang dilakukan di Pusat Teknologi Satelit – LAPAN, Bogor – Jawa Barat. Pada akhir 2021 tim SS-1 telah menyelesaikan environment test. Pada 2021, Team Surya Satellite-1 dibantu oleh PT. Pasifik Satelit Nusantara membangun Stasiun Bumi dari tahap desain hingga realisasi untuk digunakan oleh tim SS-1.

"Sejak awal pengembangan proyek SS-1, kami telah banyak dibantu oleh para periset teknologi satelit," kata Setra. "Melalui bimbingan ini juga, desain satelit kami dapat bersaing dengan cubesat internasional lainnya sehingga kami memenangkan sayembara Kibo-Cube dan kami memperoleh slot peluncuran dari ISS."

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko bersama Duta Besar Jepang untuk RI Kanasugi Kenji melihat prototipe Surya Satelit-1 di acara pelepasan satelit nano tersebut dari Stasiun Antariksa Internasional lewat video jarak jauh di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Jumat, 6 Januari 2023. SS-1 yang dibuat tim di Surya University meluncur dan kini bisa berada di orbit di luar angkasa lewat program Badan Antariksa Jepang. Foto : Maria Fransisca Lahur

Selanjutnya, pada Juni 2022, SS-1 berhasil lolos tahapan Review Fase 03 dan Safety Review Panel oleh para engineer JAXA. SS-1 kemudian dikirim ke Jepang dan diserahterimakan kepada JAXA sebagai pihak peluncur di Tsukuba Space Center pada 8 Juli 2022. Selanjutnya satelit ini di-install pada modul deployer (Modul JSSOD). SS-1 meluncur menuju ISS pada 27 November 2022 menumpang roket SpaceX CRS-26 dari Cape Canaveral, AS, sebelum dilepas dari ISS menuju orbit pada hari ini, Jumat, 6 Januari 2023.

“Melalui pelepasan SS-1 ke orbit ini, kami berharap dapat mempromosikan satelit nano pertama Indonesia yang akan diorbitkan ke luar angkasa. Sekaligus juga ingin menginspirasi praktisi, akademisi dan peneliti generasi muda di Indonesia khususnya di bidang keantariksaan,” kata Setra.


Kata BRIN 

Satelit  disebut nano karena memang berukuran kecil, tepatnya 10 x 10 x 11,35 cm dengan berat 1,35 kg. Bekerja pada frekuensi Very High Frekuensi @145,825 MHz, satelit membawa muatan berupa modul radio amatir yang berfungsi sebagai media komunikasi pesan teks real time radio.

Menurut Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Robertus Heru Triharjanto, satelit mungil itu berguna membuat pesan pendek dikirim tak pakai BTS. "Mau di tengah laut, di atas gunung, bisa dan gratis.” Selain itu, karena berada di orbit rendah maka bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan HT. Selain itu, nantinya SS-1 melewati Indonesia antara 1,5 hingga 2 jam sekali. 

 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Longsor Tembok Perumahan di Kota Cimahi, Ini Kata Peneliti BRIN

2 hari lalu

Longsor tembok penahan tanah di perumahan Bukit Cibogo Living, di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat, Senin 7 Oktober 2024. (Dok.BPBD Jabar)
Longsor Tembok Perumahan di Kota Cimahi, Ini Kata Peneliti BRIN

Longsor terjadi karena penanganan lereng yang kurang sesuai dengan standar.


Peneliti BRIN Beberkan Kelebihan-Kekurangan Susu Ikan, Pernah Mengujinya pada Tikus

2 hari lalu

Pekerja memproses pembuatan susu ikan di Unit pengolahan susu ikan milik PT Berikan Protein di Bekasi, Jawa Barat, 18 September 2024. Susu ikan ini hadir dalam dua varian rasa yaitu Coklat dan Stroberi dengan merek dagang Surikan. TEMPO/Tony Hartawan
Peneliti BRIN Beberkan Kelebihan-Kekurangan Susu Ikan, Pernah Mengujinya pada Tikus

Pernah ada eksperimen tikus yang diberi susu ikan oleh BRIN. Hasilnya?


Tim Peneliti BRIN Teliti Fungsi Fitoremediasi Tumbuhan Air di Danau Ledulu

3 hari lalu

Pekerja merawat tanaman air di pusat budi daya tanaman air Kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Selasa 20 Oktober 2020. Tanaman untuk menghias aquascape tersebut dijual dengan harga Rp15 ribu hingga Rp60 ribu per tanaman. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Tim Peneliti BRIN Teliti Fungsi Fitoremediasi Tumbuhan Air di Danau Ledulu

Tim peneliti di BRIN meneliti tentang fitoremediasi, yaitu suatu metode yang digunakan pada air tawar untuk menghilangkan kontaminasi.


Peneliti BRIN Bagikan Kiat Memilih Pemimpin dalam Pilkada Era Digital, Apa Saja?

4 hari lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Peneliti BRIN Bagikan Kiat Memilih Pemimpin dalam Pilkada Era Digital, Apa Saja?

Tiga tip memilih pemimpin dalam Pilkada 2024.


Bagaimana Cara Mendapatkan Centang Biru di X? Ini Syaratnya

4 hari lalu

Logo baru media sosial X, dahulu Twitter. REUTERS/Dado Ruvic
Bagaimana Cara Mendapatkan Centang Biru di X? Ini Syaratnya

Salah satu cara mendapatkan centang biru di X adalah dengan berlangganan akun premium. Berikut ini harga dan keuntungannya.


Peneliti BRIN Ungkap 5 Kelompok Keong Darat yang Biasa Jadi Obat Tradisional

5 hari lalu

Hama keong. ANTARA/Yusran Uccang
Peneliti BRIN Ungkap 5 Kelompok Keong Darat yang Biasa Jadi Obat Tradisional

Tak hanya tradisional, global pun telah mengenal dan memanfaatkan keong darat dalam penelitian bidang kuliner, obat, dan kosmetik.


5 Kelompok Keong yang Berpotensi Jadi Obat Herbal Menurut Peneliti BRIN

5 hari lalu

Siput
5 Kelompok Keong yang Berpotensi Jadi Obat Herbal Menurut Peneliti BRIN

Peneliti BRIN menyebut lima kelompok keong darat di Indonesia yang berpotensi dimanfaatkan menjadi obat herbal. Apa saja manfaatnya?


Peneliti BRIN: Perlu Ada Rencana Kontingesi Atasi Benda Antariksa Jatuh ke Indonesia

6 hari lalu

Penampakan cahaya di langit, warna merah kekuningan agak panjang, dari selatan menuju utara. Cahaya itu terlihat dari kawasan Condongcatur, Sleman, Yogyakarta pada Kamis, 14 September 2023, sekitar pukul 23.15 WIB. (Potongan Video)
Peneliti BRIN: Perlu Ada Rencana Kontingesi Atasi Benda Antariksa Jatuh ke Indonesia

BRIN perlu koordinasi dengan lembaga seperti BNPB untuk atasi benda antariksa yang jatuh ke wilayah Indonesia.


BRIN: Teleskop di Timau Akan Dipakai Pengamatan Satelit Buatan, selain Obyek Astronomi

6 hari lalu

Cermin sekunder dan penyangganya telah terpasang dalam kubah Observatorium Nasional Timau, Nusa Tenggara Timur. Foto: Abdul Rachman/BRIN
BRIN: Teleskop di Timau Akan Dipakai Pengamatan Satelit Buatan, selain Obyek Astronomi

Menurut BRIN, teleskop di Observatorium Nasional Timau akan digunakan juga untuk memantau satelit buatan selain obyek astronomi.


Profil 7 Panelis Debat di Pilkada Jakarta 2024: Ada Siti Zuhro dan Andhyta Firselly Utami

8 hari lalu

Pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro. Dok.TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Profil 7 Panelis Debat di Pilkada Jakarta 2024: Ada Siti Zuhro dan Andhyta Firselly Utami

KPU Jakarta sudah mengumumkan 7 panelis debat Pilkada Jakarta 2024. Antara lain Gun Gun Heryanto, Siti Zuhro, dan Andhyta Firselly Utami.