"

Studi: Lebih Cepat, Separuh Gletser Dunia Akan Lenyap pada 2100

Reporter

Editor

Erwin Prima

Seorang turis memasuki gua es yang ditutupi dengan bahan pelindung yang mencegah es mencair di gletser Rhone di Obergoms, Swiss, 1 September 2022. REUTERS/Denis Balibouse
Seorang turis memasuki gua es yang ditutupi dengan bahan pelindung yang mencegah es mencair di gletser Rhone di Obergoms, Swiss, 1 September 2022. REUTERS/Denis Balibouse

TEMPO.CO, Jakarta - Setengah dari gletser dunia akan mencair dan menghilang sebelum pergantian abad berikutnya, menurut penelitian baru yang memprediksi dampak yang lebih besar dari pemanasan global, meskipun ada upaya dalam beberapa tahun terakhir untuk mengatasi masalah lingkungan.

Studi yang diterbitkan Kamis, 4 Januari 2023, di jurnal Science, memproyeksikan bahwa hampir 50 persen es alami Bumi akan larut pada tahun 2100, yang jauh lebih cepat daripada yang dihitung para ilmuwan sebelumnya jika planet ini menghangat 1,5C - tolok ukur yang ditetapkan oleh ratusan negara untuk mengurangi emisi dan melindungi lebih banyak lahan untuk alam dan lingkungan.

Namun, pada tingkat pemanasan 2,7C saat ini, pencairan akan menjadi lebih berbahaya, dengan 68 persen gletser dunia mencair, kata studi tersebut, seraya menambahkan bahwa es akan hampir sepenuhnya lenyap dari Eropa tengah, Kanada barat, dan Amerika Serikat selama periode 200 tahun mendatang.

Lautan dunia akan meningkat secara dramatis di bawah skenario seperti itu dan menyebabkan banjir dan bencana besar lainnya di seluruh dunia, menurut penelitian tersebut, yang menganalisis es daratan glasial tetapi mengecualikan Greenland dan lapisan es Antartika.

Permukaan laut rata-rata akan naik lebih dari 3 inci selama 75 tahun ke depan jika tingkat pemanasan dipertahankan pada 1,5C; tetapi berpotensi mencapai hampir 5 inci jika pemanasan berlanjut pada laju saat ini 2,7C.

Kedua perhitungan tersebut mengejutkan para ilmuwan karena jumlahnya sekitar 23 persen lebih tinggi dari proyeksi mereka sebelumnya.

Pencairan es gletser menyumbang lebih dari sepertiga kenaikan permukaan laut, kata para ilmuwan. Pencairan terjadi secara alami, tetapi krisis iklim dan peningkatan suhu telah mempercepat penurunan tersebut.

"Kehilangan massa gletser yang meningkat pesat karena suhu global meningkat melebihi 1,5C menekankan urgensi untuk menetapkan janji iklim yang lebih ambisius untuk melestarikan gletser di daerah pegunungan ini," kata para peneliti dalam studi tersebut, yang menggunakan data satelit selama 20 tahun dan metode terbaru lainnya untuk menentukan dan melacak 200.000 gletser di seluruh dunia, sebagaimana dikutip UPI.

“Ini adalah pertama kalinya kami mengisolasi jumlah gletser yang akan hilang – sebelum kehilangan total massa,” kata penulis utama studi tersebut, Dr. David Rounce, seorang insinyur sipil dan lingkungan dari Carnegie Mellon University dan Universitas Alaska Fairbanks.

Gletser yang paling rentan relatif kecil, tetapi merupakan sumber daya air tawar yang vital bagi jutaan orang di seluruh dunia.

"Ketika kita berpikir tentang lokasi di mana kebanyakan orang melihat dan mengunjungi gletser, itu benar-benar di lokasi di mana gletser dapat diakses, seperti di Eropa tengah, atau di pegunungan tinggi Asia. Di wilayah ini ada banyak gletser yang lebih kecil. Mereka adalah benar-benar inti dari masyarakat dan ekonomi di lokasi tersebut," kata Rounce.

Dampak pencairan es di Greenland dan Antartika di lautan dunia didokumentasikan dengan baik. Tetapi penyumbang terbesar kenaikan permukaan laut pada abad ke-20 adalah lapisan es yang mencair dan gletser yang terletak di tujuh wilayah lain: Alaska, Kepulauan Arktik Kanada, Andes Selatan, Pegunungan Tinggi Asia, Arktik Rusia, Islandia, dan kepulauan Norwegia Svalbard . Lima wilayah Arktik telah menyumbang bagian terbesar dari hilangnya es dalam beberapa tahun terakhir.

Studi terbaru tentang pencairan Gletser dilakukan di tengah meningkatnya upaya untuk mengurangi masalah iklim, namun kemajuannya lambat karena tidak ada badan pengatur yang memiliki kekuatan nyata untuk menegakkan Perjanjian Iklim Paris - kesepakatan yang diadopsi oleh komunitas internasional di 2015.

UPI

Baca:
Gletser Swiss Susut Setengah Sejak 1930-an, Mencair Makin Cepat

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.








Stafsus Menteri PUPR: Indonesia Masih Gunakan Bahan Konstruksi Penghasil Emisi Gas Rumah Kaca

8 hari lalu

Ilustrasi emisi karbon. Pixabay
Stafsus Menteri PUPR: Indonesia Masih Gunakan Bahan Konstruksi Penghasil Emisi Gas Rumah Kaca

Staf Khusus Menteri PUPR Firdaus Ali mengungkap Indonesia masih menggunakan bahan konstruksi penghasil emisi gas rumah kaca.


Potensi Kampus dalam Kembangkan Industri Farmasi

10 hari lalu

Mahasiswa ini Hasilkan Jutaan Rupiah dari CacingDalam industri farmasi cacing banyak digunakan sebagai bahan obat dan bahan kosmetik. Bahkan permintaan akan cacing tanah terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam jumlah besar. Namun, ketersediaan cacing tanah masih terbatas dengan harga relatif mahal karena belum banyak yang melakukan budidaya.(Komunika Online)
Potensi Kampus dalam Kembangkan Industri Farmasi

Pihak akademisi selalu membutuhkan masukan dari industri farmasi mengenai hal-hal apa saja yang perlu dikembangkan demi kepentingan masyarakat.


Meta Luncurkan LLaMA, Alat Penelitian Pesaing OpenAI GPT-3

24 hari lalu

Cetakan 3 dimensi logo Meta setelah sebelumnya dikenal dengan nama Facebook, Foto diambil 2 November 2021. (REUTERS/DADO RUVIC)
Meta Luncurkan LLaMA, Alat Penelitian Pesaing OpenAI GPT-3

Meta memperkenalkan alat baru yang akan segera membantu membangun chatbot berbasis AI.


Bangun AI Center, UB Godok AI Jadi Mata Kuliah Wajib

29 hari lalu

Kampus Universitas Brawijaya di Malang, Jawa Timur, Senin, 24 November 2014. [TEMPO/STR/Aris Novia Hidayat; ANH2014112508]
Bangun AI Center, UB Godok AI Jadi Mata Kuliah Wajib

Universitas Brawijaya membangun AI Center dengan harapan mengakselerasi kegiatan penelitian.


Studi Dampak Iklim: Provinsi di Jawa dan Kalimantan Termasuk Berisiko Hancur 2050

30 hari lalu

Foto udara area permukiman warga yang terendam banjir di Jalan Anoi, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis 17 November 2022. Banjir di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, merendam 6.911 rumah hingga membuat 8.033 kepala keluarga yang terdiri dari 29.695 warga terdampak. Sebanyak 17 dari total 30 kelurahan terendam banjir. ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Studi Dampak Iklim: Provinsi di Jawa dan Kalimantan Termasuk Berisiko Hancur 2050

Model menganalisis risiko kehancuran karena iklim tersebut berdasarkan agregat maupun proporsi luas wilayah yang terdampak.


Mampukah Produsen Mobil Listrik Capai Nol Emisi, Ini Hasil Studinya

42 hari lalu

Pikap listrik Rivian diuji melintasi parit dengan genangan air sedalam 76 cm. (Twitter/@RJScaringe)
Mampukah Produsen Mobil Listrik Capai Nol Emisi, Ini Hasil Studinya

Ada 3 kunci bagi produsen mobil untuk mencapai nol emisi daripada hanya memperbanyak mobil listrik di jalan raya.


Inilah 4 Indikator Utama Penilaian Universitas Terbaik versi Webometrics

44 hari lalu

Ilustrasi wisuda. shutterstock.com
Inilah 4 Indikator Utama Penilaian Universitas Terbaik versi Webometrics

Setiap enam bulan sekali Webometrics merilis daftar peringkat universitas terbaik di seluruh dunia. Lantas apa indikator utama penilaiannya?


Kaji Teori Queer, Dekan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Raih Gelar Profesor

49 hari lalu

Guru Besar Bidang Ilmu Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Profesor Inayah Rohmaniyah berpidato tentang kajiannya berjudul trans-queers di hadapan sidang senat terbuka di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kamis, 2 Februari 2023. (TEMPO/Shinta Maharani)
Kaji Teori Queer, Dekan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Raih Gelar Profesor

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Inayah Rohmaniyah, meraih gelar profesor. Simak kajiannya.


Ini Prediksi Mengerikan Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Masyarakat Indonesia 2070

51 hari lalu

Sejumlah warga menggunakan perahu saat melintasi pemukiman yang terendam banjir di tepian Sungai Kapuas di Kota Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Senin 14 September 2020. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kapuas Hulu mengimbau masyarakat setempat untuk mewaspadai potensi banjir yang semakin besar dan meluas karena debit air dari hulu Sungai Kapuas semakin meningkat. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
Ini Prediksi Mengerikan Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Masyarakat Indonesia 2070

Apa saja dampak perubahan iklim dan pemanasan global? Selain dari segi ekonomi, perubahan iklim juga jelas berdampak pada kesehatan makhluk hidup.


UGM Lakukan Pengeboran Tanah di Lokasi Jalan Ambles di Desa Sriharjo Bantul

59 hari lalu

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih bersama Dosen Teknik Sipil UGM saat meninjau lokasi jalan ambles di Wunut, Desa Sriharjo, Kabupaten Bantul, DIY, Rabu (4/1/2023) (ANTARA/HO-Humas Pemkab Bantul)
UGM Lakukan Pengeboran Tanah di Lokasi Jalan Ambles di Desa Sriharjo Bantul

Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan pengeboran tanah di pedukuhan Wunut, Desa Sriharjo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyak