TEMPO.CO, Jakarta - Satelit nano Satelit Surya-1 (SS-1) telah berhasil diluncurkan ke angkasa dari International Space Station (ISS) pada Jumat, 6 Januari 2023. Namun, sebenarnya satelit dengan bobot 1,3 kilogram tersebut sudah dibawa dari NASA Kennedy Space Center, Florida, Amerika Serikat, ke ISS pada hari Minggu, 27 November 2022, dengan menumpang kargo Dragon milik SpaceX dalam misi Commercial Resupply Service yang ke-26 (CRS-26).
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Robertus Heru Triharjanto, mengatakan proses tersebut adalah wajar. “Kargo ISS membawa modul milik Amerika, Jepang atau Rusia. Satelit tersebut berada di kargo Jepang dalam satu tas koper besar,” jelas Heru setelah acara menonton peluncuran di Gedung BJ Habibie, Jakarta Pusat. Sesampainya di ISS, bawaan mulai dibongkar.
“Ada bawaan barang untuk ganti komputer di sana, ada untuk sirkulasi oksigen. Jadi, proses membongkar satu per satu. Nah, baru sekarang jadwal dilepaskannya. Semuanya pakai jadwal,” jelasnya.
Setra Yoman Prahyang, SS-1 Project Leader, mengatakan satelit berada di angkasa diperkirakan 6 -12 bulan. “Jika selesai umurnya, dia akan dimasukkan kembali ke atmosfer dan ludes,” jelasnya.
Proyek SS-1 sendiri diinisiasi oleh insinyur muda Indonesia dari Surya University bekerja sama dengan Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI) sejak Maret 2016. Pada 2017, SS-1 memulai pengerjaan dan pelatihan pembuatan nano satelit dengan supervisi dari para periset di Pusat Teknologi Satelit.
Tujuh mahasiswa Surya University yang turut mengembangkan SS-1, yaitu Hery Steven Mindarno, Setra Yoman Prahyang, M. Zulfa Dhiyaulfaq, Suhandinata, Afiq Herdika Sulistya, Roberto Gunawan, dan Correy Ananta Adhilaksma. Kini, mereka sudah menjadi alumni.
Mewakili teman-temannya, Setra mengenang saat pengerjaan awal satelit di masa masih mahasiswa. Di tahun 2016, ia kuliah pada Faculty of Clean Energy and Climate Change di Surya University. Setra berharap tahun depan bisa meneruskan S2 di Eropa dengan spesialisasi space engineering.
Walau karyanya sudah berada di angkasa, Setra mengaku tidak terlintas untuk bekerja di JAXA atau NASA. “Tidak terpintas, karena kalau mau NASA harus greencard, kalau JAXA banyak kendala bahasa. Tapi, lihat aja pintu mana yang terbuka,” lanjutnya.
Peran Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA)
Peluncuran dan pelepasan SS-1 ke orbit juga tak lepas dari peran United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA). Pada Februari 2018, tim SS-1 mengikuti sayembara program KiboCUBE yang diinisiasi oleh kedua organisasi antariksa tersebut. Pada Agustus 2018, Tim SS-1 diumumkan menjadi pemenang pada sayembara tersebut sehingga memperoleh slot peluncuran nano satelit dari ISS.
Sebelum SS-1 diluncurkan, Setra menyebutkan satelit SS-1 sudah melalui berbagai tahap pengerjaan yang terdiri dari tahap desain, simulasi, prototyping, perakitan, dan pengujian. Setelah diumumkan menjadi pemenang sayembara Kibo-Cube pada Agustus 2018, tim melakukan perjanjian kerja sama dengan Pusat Teknologi Satelit LAPAN (sekarang Pusat Riset Teknologi Satelit–BRIN), untuk bimbingan pembuatan nanosatelit, pengadaan berbagai komponen Space Grade, dan pemakaian alat pengujian yang diperlukan dalam pembuatan SS-1.
Selanjutnya, pada acara Asia Pacific Regional Space Agency Forum (APRSAF) ke-24 (November 2018) di Singapura, tim SS-1 melakukan perjanjian kerja sama dengan JAXA. Perjanjian ini untuk pembimbingan proses pembuatan nano satelit yang terdiri atas beberapa fase reviu. Pada Februari 2019, tim SS-1 melakukan kerja sama dengan PT Pudak Scientific, Bandung, Jawa Barat, untuk proses pengadaan manufaktur struktur dari SS-1.
Tim SS-1 menerima kunjungan dan bimbingan teknis dari JAXA pada Mei 2019, kala itu berlokasi di Pusat Teknologi Satelit. Pertemuan ini untuk membahas dokumen teknis peluncuran yang diperlukan untuk Fase 01 (Perancangan dan Simulasi Nano Satelit). Pada Desember 2019, tim SS-1 dinyatakan lolos pada tahap Fase 02, dan melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu Fase 03 (Pembuatan dan Pengujian Nano Satelit). Pada 2020, dilanjutkan proses pengerjaan Dokumen Fase 03 dan pengadaan beberapa komponen untuk Flight Model Surya Satellite-1.
Selanjutnya, pada pertengahan 2021, dimulai perangkaian satelit SS-1 dan melakukan beberapa tahap pengujian yang terdiri dari Final Functional Testing dan Environmental Testing yang dilakukan di Pusat Teknologi Satelit–LAPAN, Bogor, Jawa Barat.
Pada akhir 2021 tim SS-1 telah menyelesaikan environment test. Pada 2021, Team Surya Satellite-1 dibantu oleh PT Pasifik Satelit Nusantara membangun Stasiun Bumi dari tahap desain hingga realisasi untuk digunakan oleh tim SS-1.
"Sejak awal pengembangan proyek SS-1, kami telah banyak dibantu oleh para periset teknologi satelit. Melalui bimbingan ini juga, desain satelit kami dapat bersaing dengan cubesat internasional lainnya sehingga kami memenangkan sayembara Kibo-Cube dan kami memperoleh slot peluncuran dari ISS. Kami juga bersyukur mendapatkan akses ke fasilitas pengujian BRIN, seperti vibration test, vacuum test dan thermal test. Keterlibatan BRIN dalam pengembangan proyek kami sangatlah esensial," ungkap Setra.
Selanjutnya, pada Juni 2022, SS-1 berhasil lolos tahapan Reviu Fase 03 dan Safety Review Panel oleh para engineer JAXA. SS-1 kemudian dikirimkan ke Jepang dan diserahterimakan kepada JAXA sebagai pihak peluncur di Tsukuba Space Center pada 8 Juli 2022. Selanjutnya satelit ini di-install pada modul deployer (Modul JSSOD). SS-1 telah diluncurkan menuju ISS pada 27 November 2022 dengan roket SpaceX CRS-26, dan akan dilepaskan dari ISS menuju orbit pada Jumat.
“Melalui pelepasan SS-1 ke orbit ini, kami berharap dapat mempromosikan nano satelit pertama Indonesia yang akan diorbitkan ke luar angkasa, sekaligus juga ingin menginspirasi praktisi, akademisi dan peneliti generasi muda di Indonesia khususnya di bidang keantariksaan,” pungkas Setra.
Baca:
BRIN Tawarkan Program Beasiswa Berbasis Riset bagi Tim Satelit Surya-1
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.