Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

ASPI: Pasien Warga Asing Berobat Stem Cell ke Indonesia

image-gnews
Stem Cell. theconversation.com
Stem Cell. theconversation.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Teknologi pengembangan sel punca atau stem cell, baik dasar maupun klinis, di Indonesia tak ketinggalan dari negara maju. Masyarakat di Tanah Air diyakinkan untuk tak pergi ke luar negeri untuk mencari pengobatan dengan teknologi ini

Ketua Asosiasi Sel Punca Indonesia, Rahyussalim, menyatakan itu di sela-sela seminar kolaborasi ASPI dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Gedung BRIN, Jakarta, Jumat 13 Januari 2023. Mengangkat tema 'The Rising Tide of Stem Cell Elaboration: Creating a Bigger Platform for Research and Community', keduanya ingin mendukung pertukaran dan penyebaran informasi serta ide-ide yang berhubungan dengan sel punca, sel, dan turunannya.

Menurut Rahyussalim, warga asing sudah mempercayakan pengobatan menggunakan stem cell di Indonesia. “Pasien kami ada yang dari Singapura dan juga dari Malaysia, bahkan ada beberapa kasus dari Korea,” kata Rahyussalim. 

Artinya, dia mengklaim, pengembangan atau penguasaan teknologi stem cell dalam negeri sejajar dengan negara maju. Dari segi biaya, Rahyussalim menambahkan, pengobatan sel punca di Indonesia jauh lebih murah ketimbang di luar negeri. Namun, hal tersebut juga tergantung dengan jenis kasusnya.

“Misal, pada kasus kebotakan bisa Rp 10-20 juta,” katanya. Dia membandingkan kasus yang agak berat. Dicontohkannya, kelumpuhan bertahun-tahun yang mengakibatkan banyak kerusakan hingga tidak bisa mengalami buang air besar dan buang air kecil, yang membutuhkan jumlah sel lebih banyak untuk implementasi.

Mengenai kesembuhan, asosiasi mengakui tidak mengatakan sampai 100 persen. Tapi diklaim kalau pasien pada umumnya sangat puas. "Jadi kepuasan tersebut yang kita sebut kesembuhan,” tutur Rahyussalim. 

Baca juga: Terapi Stem Cell, Mesin Baru dari Amerika Sudah Digunakan di Indonesia

Riset Sel Punca di BRIN

Kepala Pusat Riset Vaksin dan Obat, Organisasi Riset Kesehatan, BRIN, Masteria Yunovilsa Putra, menyatakan bahwa riset stem cell termasuk prioritas. Adapun publikasi dan paten yang sudah dihasilkan BRIN, antara lain, yang terbaru, 'proses produksi conditioned medium dari human adiposed tissue yang mampu menghambat penuaan dini pada sel fibroblas yang diinduksi H202'.

“Hasil kerja sama BRIN dengan ASPI untuk mendukung riset dan pengembangan sel punca di Indonesia karena ini teknologi baru,” katanya.

Masteria membagikan peta jalan pengembangan teknologi stem cell di Indonesia mulai tahun ini sampai 2026. Diharapkan, riset sampai ke tahap uji klinis dalam tiga tahun ke depan. Berikut ini rincian peta jalan itu,

2023: 

- Melakukan produksi sekretome dikarakterisasi skala pilot.

- Pengembangan teknologi diferensiasi sel paru-paru (progenitor dan alveolus).

- Produksi Formulasi Media Diferensiasi Kit kondrosit

- Produksi dan enkapsulasi MSC dan sekretome menggunakan sistem Hidrogel Transdermal Patch (HTP) berbasis alginat selulosa untuk terapi luka kronis (diabetes).

2024:

- Formulasi sekretome untuk regenerasi jaringan dan aplikasi terapi lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

- Produksi formulasi media diferensiasi kit osteosit

- Produksi sekretome berbasis pelayanan (dengan RS riset)

- Pengembangan teknologi wound healing dengan nanoteknologi

- Produksi dan enkapsulasi MSC dan sekretome menggunakan sistem berbasis alginat selulosa.

2025:

- Uji preklinis teknologi wound healing dengan alginat-selulosa

- Uji preklinis teknologi wound healing dengan nanoteknologi

- Formulasi

2026:

- Uji klinis stem cell  fase 1 teknologi wound healing dengan alginat-selulosa

- Uji klinis stem cell fase 1 teknologi wound healing dengan nanoteknologi

Baca juga: FKUI Buktikan Terapi Stem Cell Bisa Selamatkan Pasien Covid-19 Kritis

  


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

43 menit lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.


BRIN: Satelit LAPAN Bantu Proses Komunikasi Wilayah Terlanda Bencana

4 jam lalu

Satelit rakitan dalam negeri bernama LAPAN A2/LAPAN ORARI yang akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Bogor, Jawa Barat, Kamis, 3 September 2015. Peluncurannya sendiri akan dilakukan di pusat antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India. Nantinya, satelit akan dibawa ke orbit dengan ditumpangkan pada roket India bersama satelit penelitian astronomi milik Organisasi Riset Antariksa India. [TEMPO/Subekti; SB2015090312] KOMUNIKA ONLINE
BRIN: Satelit LAPAN Bantu Proses Komunikasi Wilayah Terlanda Bencana

Satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI merupakan salah satu hasil riset karya anak bangsa yang dikembangkan oleh BRIN.


Isu Munculnya Selat Muria Mengemuka, BRIN: Perlu Riset Cuaca Ekstrem dan Penurunan Tanah

5 jam lalu

Peta satelit wilayah sebaran banjir di pantai utara Jawa Tengah pada Maret 2024 dari Google Earth Engine yang dihubungkan dengan muncul kembalinya Selat Muria. Istimewa
Isu Munculnya Selat Muria Mengemuka, BRIN: Perlu Riset Cuaca Ekstrem dan Penurunan Tanah

Selat Muria merupakan selat yang pernah ada, yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Muria.


Cegah Kepunahan, BRIN Meriset dan Mengkonservasi Anggrek Dendrobium capra J.J. Smith

6 jam lalu

Kondisi bunga anggrek yang ditanam di atap sebuah rumah di kawasan Matraman, Jakarta, Selasa, 4 Januari 2022. Pemanfaatan atap rumah (rooftop) menjadi solusi untuk bercocok tanam di tengah minimnya lahan terbuka di Jakarta. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Cegah Kepunahan, BRIN Meriset dan Mengkonservasi Anggrek Dendrobium capra J.J. Smith

BRIN meriset dan mengkonservasi anggrek langka Dendrobium capra J.J. Smith yang ditetapkan sebagai spesies dengan status terancam punah.


Mitos La Ode Wuna, Siluman Separuh Ular yang Menjadi Nenek Moyang Migrasi Masyarakat Sulawesi Tenggara ke Maluku

1 hari lalu

Tangkapan gambar presentasi soal Mitos La Ode Wuna millik Dosen Universitas Indonesia (UI), Geger Riyanto (Dok. Beranda BRIN)
Mitos La Ode Wuna, Siluman Separuh Ular yang Menjadi Nenek Moyang Migrasi Masyarakat Sulawesi Tenggara ke Maluku

Dosen UI, melalui BRIN, mengangkat kajian mengenai mitos siluman setengah ular. Erat kaitannya dengan sejarah pergerakan masyarakat Sulawesi Tenggara.


Profesor ITS Kembangkan Cat Pengecoh Radar dari Pasir Erupsi Gunung Semeru

1 hari lalu

Sejumlah kapal perang Republik Indonesia (KRI) yang tergabung dalam Latihan Operasi Amfibi (Latopsfib) TNI Angkatan Laut (AL) 202i  di Dabo Singkep, Kepulauan Riau. TNI AL mengerahkan 33 kapal perang, 16 pesawat udara, 39 material tempur Korps Marinir, dan 4.300 prajurit dalam latihan tersebut. Foto : TNI
Profesor ITS Kembangkan Cat Pengecoh Radar dari Pasir Erupsi Gunung Semeru

Guru besar dari ITS membuat bahan pelapis antiradar untuk alat pertahanan. Terinspirasi dari armada asing yang mampir ke Indonesia tanpa terdeteksi.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

2 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Cara BRIN Meneliti Jejak Harimau Jawa di Sukabumi, Spesies yang Dikategorikan Punah Selama 40 Tahun

2 hari lalu

Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) beraktivitas di kandangnya di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau Solo Zoo, Solo, Jawa Tengah, Rabu, 3 Juni 2020. Kredit: ANTARA FOTO/Maulana Surya
Cara BRIN Meneliti Jejak Harimau Jawa di Sukabumi, Spesies yang Dikategorikan Punah Selama 40 Tahun

Peneliti BRIN menelisik DNA pada temuan rambut yang diduga milik Harimau Jawa, hewan yang dkategorikan punah sejak puluha tahun lalu.


Sebut Kepulauan Seribu Cocok Jadi Food Estate, Pj Gubernur DKI Heru Budi Bakal Lakukan Ini

3 hari lalu

Heru Budi Mau Kembangkan Food Estate di Kepulauan Seribu, Koral: Sudah Gagal di Tiga Pulau
Sebut Kepulauan Seribu Cocok Jadi Food Estate, Pj Gubernur DKI Heru Budi Bakal Lakukan Ini

Heru Budi menyebut Kepulauan Seribu cocok jadi food estate alias lumbung pangan di DKI Jakarta. Berikut hal yang bakal dilakukan Pj Gubernur DKI itu.


Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, peneliti BRIN: Bisa Mencoreng Nama Penulis dan Reviewer

3 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, peneliti BRIN: Bisa Mencoreng Nama Penulis dan Reviewer

Peneliti BRIN Lutfi Yondri mengatakan. pencabutan artikel soal Gunung Padang itu akan mencoreng nama penulis dan reviewer.