TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi di tahun 2023 terdapat potensi penurunan curah hujan setelah tiga tahun terakhir 2020, 2021, 2022 terjadi La Nina dan kondisi curah hujan di atas normal. Kini, kondisi La Nina makin melemah dan transisi menuju kondisi netral. Adanya La Nina membuat keadaan kemarau pada tiga tahun tersebut basah.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan keadaan normal itu bagaikan di tahun 2018. “Kemarau tahun ini akan lebih kering dari tiga tahun terakhir, diperkirakan seperti 2018,” jelasnya secara daring kepada media, Jumat, 27 Januari 2023.
Ia menawarkan langkah mitigasi sebelum kemarau terjadi. “Mumpung hujan masih ada, makanya sekarang kita sebarluaskan agar seluruh pihak, baik masyarakat maupun pemerintah daerah, untuk menyimpan air hujan sejak Januari, bahkan sejak akhir tahun lalu untuk memenuhi waduk, embung dan kolam,” jelasnya. Ia berharap air hujan yang jatuh tidak disia-siakan langsung pergi ke laut atau ke sungai, melainkan ditampung.
Menurutnya, BMKG sudah melakukan koordinasi dengan KLHK, BNPB, BRIN untuk melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Dengan cara rekayasa diharapkan air hujan jatuh ke dalam waduk dan mengisi hingga penuh. “Jangan sampai awan lewat pergi begitu saja,” kata Dwikorita. Dengan konsep menabung air hujan, diharapkan kelak dapat dimanfaatkan saat nanti kekurangan air.
Prediksi Cuaca
Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, mengatakan bahwa hingga enam bulan ke depan, BMKG memprediksi sifat curah hujan bulanan akan didominasi oleh kategori normal.
Sifat curah hujan kategori bawah normal berpeluang terjadi di sebagian Sumatra bagian tengah, sebagian Kalimantan bagian tengah, sebagian Sulawesi bagian tengah dan sebagian kecil Papua pada Februari-Maret 2023 dan sebagian besar Sumatra dan Jawa pada Mei dan Juni 2023.
Sedangkan sifat curah hujan bulanan kategori di atas normal berpeluang terjadi di Sumatra bagian utara, Kalimantan bagian timur dan utara pada Februari dan Maret 2023. Untuk wilayah Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Maluku dan Maluku Utara terjadi pada Februari 2023, sedangkan Papua bagian tengah dan selatan terjadi pada Juni 2023.
Selain itu, juga perlu dicermati bahwa pada bulan Maret-April-Mei 2023 beberapa wilayah di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau. Oleh sebab itu, perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, dan angin kencang yang meskipun periodenya singkat namun sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.
Baca:
Musim Kemarau, Potensi Kebakaran Hutan, dan Gelaran KTT ASEAN
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.