Fosil gajah purba yang diperkirakan berusia 150 ribu tahun itu dari jenis Elephas hysudrindicus. Jenis itu hidup setelah masa gajah Sinomastodon bumiajuensis yang fosilnya ditemukan di Bumiayu Jawa Tengah, dan gajah jenis Stegodon trigonochepalus MARTIN di Jawa Timur. Fosil gajah terbaru ini, kata Iwan, adalah nenek moyang gajah modern yang kini tersisa di benua Asia dan Afrika.
Lokasi penemuan fosil Elephas hysudrindicus berada di Dusun Sunggun Kelurahan Mendalem Kecamatan Kradenan, Blora, Jawa Tengah. Tempat itu, kata Iwan, bekas lokasi penambangan penduduk. Fosil awal yang terlihat adalah gading yang mencuat dari lereng tebing setelah tanahnya longsor 26 Maret lalu. Dua hari kemudian, tim peneliti gabungan dari University of Wollongong dan Badan Geologi itu melihat rahang gigi yang masih menyatu dengan tengkorak. “Saat itu langsung kami putuskan penyelamatan,” katanya.
Tengkorak gajah purba itu lebarnya 60-70 sentimeter dengan panjang 1,3 meter. Adapun potongan fosil kaki depan gajah sepanjang 1,1 meter. Tinggi gajah diperkirakan mencapai 3 meter.
Kini, tim 1 yang beranggotakan Profesor Fachroel Azis, Iwan Kurniawan, Dadang, dan Gert van den Bergh itu baru berhasil menggali seperempat bagian fosil. Pekan depan, tim 2 akan diturunkan untuk melanjutkan penggalian. “Targetnya sebulan bisa selesai,” kata Kepala Museum Geologi A. Yunus.
Fosil disepakati akan disimpan di Museum Geologi Bandung. Sebagai gantinya, pihak museum akan membuatkan replika fosil gajah itu untuk pemerintah daerah Blora.
ANWAR SISWADI