Salah satu ilmuwannya adalah Donald Ingber, pendiri dan direktur di Wyss Institute for Biologically Inspired Engineering, Harvard University, AS. Meski begitu dia setuju dengan analisa Gupta kalau implementasi regulasi baru proses pembuatan obat tersebut mesti diterapkan bertahap.
Salah satu kendala terbesar, menurut dia, adalah meyakinkan industri farmasi untuk mengadopsi uji non-hewan ini dan berinvestasi besar pada teknologi barunya. Perusahaan, kata Ingber, akan menuntut bukti kalau model-model yang sedang dikembangkan memberi hasil yang ekuivalen atau malah melampaui proses uji selama ini. Selain juga memastikan kalau FDA mengawasi ketat proses ujinya.
"Saya kira ini baru akan terjadi dalam beberapa dekade ke depan, setahap demi setahap, obata-obatan termasuk data dari model-model ini," kata Ingber.
Chip Organ
Laboratorium yang dipimpin Ingber mengembangkan 'chip-chip organ', perangkat mini berisi jaringan manusia yang hidup dan fluida mengalir yang memodelkan fungsi organ. Diakuinya, menggantikan model hewan dengan chip organ akan terjadi secara bertahap karena setiap sistem akan harus divalidasi untuk tujuan yang spesifik. Misalnya, unyuk untuk bisa menunjukkan bagaimana satu obat terserap oleh usus bsar atau apakah dia malah merusak sel jantung.
Lebih lagi, Ingber menambahkan, "Validasi sebenarnya dari penggunaan mereka sebagai pengganti hewan akan membutuhkan evaluasi skala luas melibatkan ratusan perangkat yang didesain sama dan melakukan protokol yang sama."
Itu artinya, kata dia lagi, membutuhkan para badan regulasi dan perusahaan farmasi untuk bekerja sama membuat standardisasi metode dan kriteria performa.
Organoid dan Spheroid
Alternatif menjanjikan lainnya untuk gantikan hewan percobaan adalah organoid. Ini adalah klaster 3D dari sel-sel yang ditumbuhkan di laboratorium yang dapat meniru fitur biologi penting dari organ tubuh ukuran sebenarnya.