TEMPO.CO, Jakarta - Jason Arday menjadi profesor termuda di Cambridge University. Di usia 37 tahun, dia dinobatkan sebagai profesor kulit hitam termuda di kampus tersebut. Siapa yang sangka Arday yang menyandang pangkat dosen tertinggi di perguruan tinggi itu mulanya tidak bisa berbicara sampai usia 11 tahun. Bahkan, dia tak bisa membaca serta menulis sampai usia 18 tahun.
Saat kecil, ia didiagnosis autisme dan keterlambatan perkembangan umum. Kurang dari delapan tahun lalu, ia diberi tahu bahwa ia harus tinggal di fasilitas perumahan bagi penyandang disabilitas atau orang dewasa yang tidak dapat hidup mandiri.
Namun, Arday tidak pernah menyerah. Suatu hari di dinding kamar tidur ibunya, ia menulis daftar cita-cita, salah satunya: “Suatu hari saya akan bekerja di Oxford atau Cambridge.”
Ia mengungkapkan bahwa menjadi profesor kulit hitam termuda di salah satu universitas terbaik di dunia merupakan sesuatu yang ia pikir tidak akan terjadi.
"Ketika saya mulai menulis makalah, saya tidak tahu apa yang saya lakukan. Saya tidak memiliki mentor dan tidak ada yang pernah menunjukkan kepada saya bagaimana cara menulis. Semua yang saya kirimkan ditolak dengan keras," tutur Arday dilansir dari BBC pada Senin, 27 Februari 2023.
Pada usia 22 tahun, Arday mulai tertarik untuk melanjutkan studi pascasarjana. Ia mendapatkan dorongan untuk mengejar karier di dunia akademik dari teman dan mentornya, Sandro Sandri. "Saya yakin kamu bisa melakukan ini," katanya kepada Arday, dilansir di The Times. "Saya yakin kita bisa menghadapi dunia dan menang."
Sandro Sandri juga merupakan sosok yang memberinya dukungan hingga ia mulai belajar membaca dan menulis di usia belasan akhir. Pada akhirnya, Arday memperoleh dua kualifikasi master, sertifikat pascasarjana pendidikan untuk menjadi guru olahraga, dan gelar Ph.D. dari Liverpool John Moores University.
Semua gelar ini ia dapatkan terlepas dari keterbatasannya dan keharusannya menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi sehari-hari setelah diagnosisnya. Profesor yang lahir dan besar di Clapham, Kota London ini mulai mengajar di Cambridge pada 6 Maret 2023 mendatang. Ia akan dikukuhkan sebagai profesor sosiologi pendidikan.
Saat ini, terdapat lima profesor kulit hitam di Cambridge. Angka resmi dari Badan Statistik Pendidikan Tinggi menunjukkan bahwa pada 2021, hanya 155 dari lebih dari 23 ribu profesor universitas di Inggris Raya berkulit hitam.
Dengan peran barunya sebagai profesor, Profesor Arday memiliki cita-cita untuk membawa pengaruh besar di dunia pendidikan tinggi.
"Pekerjaan saya berfokus pada bagaimana kita dapat membuka pintu bagi lebih banyak orang dari latar belakang yang kurang beruntung, dan benar-benar mendemokratisasi pendidikan tinggi," kata Profesor Arday yang telah menulis tentang diskriminasi rasial di dunia pendidikan.
"Semoga berada di tempat seperti Cambridge akan memberi saya pengaruh untuk memimpin agenda itu secara nasional dan global."
Pilihan Editor: Mario Dandy Suka Pamer Kendaraan Mewah, Miliki Gangguan Kepribadian Narsistik?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.