5. Adobe
Ahli keamanan siber Brian Krebs mengatakan bahwa lebih dari 150 juta nama akun dan kata sandi Adobe disedot peretas. Usai dilakukan penelitian lebih lanjut, ternyata informasi kartu debit juga ikut terekspos. Berdasarkan Undang-undang penjaminan pelanggan, Adobe dipaksa untuk membayar ganti rugi US$ 1 juta (Rp 14 miliar) pada November 2016.
6. Acer
Produsen komputer Acer pernah kalang kabut menghadapi tim peretas REvil. REvil bukanlah nama baru dalam kejahatan pencurian data. Sebelumnya, perusahaan valuta asing di London, Travelex, menjadi korbannya. Peretas menemukan kerentan di server Microsoft Exchange untuk akses ke Acer. Kerugian yang ditanggung perusahaan ini mencapai US$ 50 juta (Rp 726 miliar).
7. Quanta Computer Inc.
Dikutip dari laman Touro College Illinois, salah satu pemasok produk MacBook Apple ini menjadi target ransomware. Kelompok REvil atau Sodinokibi kembali menjadi dalang di balik kasus dengan tebusan US$ 50 juta (Rp 726 miliar) ini. Usai bernegosiasi, REvil justru mengancam bakal merilis dokumen yang lebih sensitif pada Mei 2021.
8. Alibaba
Data pelanggan dari situs grup bisnis milik Jack Ma ini juga dikabarkan diretas pada November 2019. Terdapat 1,1 miliar informasi pelanggan Alibaba yangdijebol. Untungnya perusahaan langsung dapat mendeteksi berkat mengusung teknologi yang disebut sebagai Alibaba Intelligence.
9. Marriott International (Starwood)
Jaringan penyedia jasa penginapan hotel asal Amerika Serikat, Marriott International juga sempat masuk dalam daftar perusahaan dunia yang diserang hacker. Sekitar 500 juta informasi tamu Eropa tersebar. Kasus yang terjadi pada 2018 tersebut harus diseret diputuskan di pengadilan dan membayar denda US$ 124 juta (Rp 1,8 triliun).
10. Equifax
Equifax merupakan perusahaan pemeringkatan dari Negeri Paman Sam yang mengakui 143 juta pelanggannya diretas. Akibat insiden yang berlangsung pada 2017 tersebut, Equifax dituntut untuk membayar US$ 700 juta (Rp 10,3 triliun) kepada lembaga federasi negara.
11. Fujifilm
Perusahaan asal Jepang pembuat kamera dan peralatan kesehatan, Fujifilm melihat kemungkinan akses tidak dikenal ke server pada Juni 2021. Untuk mengatasinya, perusahaan tersebut terpaksa menonaktifkan sebagian jaringan mereka. Jenis ransomware yang menyusup ke server Fujifilm dari golongan trojan bernama Qbot.