TEMPO.CO, Jakarta - Erupsi Gunung Merapi pada Sabtu, 11 Maret 2023, sempat mencemaskan masyarakat. Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, Agus Budi Santoso, menjelaskan bahwa terdapat dua kubah lava aktif yang terus tumbuh di Gunung Merapi. Kedua lava di Gunung Merapi ini adalah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah.
Dua kubah lava aktif Gunung Merapi
Volume kubah lava barat daya sebesar 1.598.700 meter kubik, sedangkan volume kubah lava tengah kawah sebesar 2.267.400 meter kubik. Kedua kubah lava ini berpotensi menimbulkan awan panas sejauh tujuh kilometer ke arah barat daya dan lima kilometer ke arah selatan-tenggara.
“Dan hari ini, rentetan awan panas guguran di Gunung Merapi bersumber dari longsoran kubah lava barat daya,” kata Agus saat keterangan pers secara daring pada Sabtu, 11 Maret 2023.
Erupsi gunung berapi
Dilansir dari Britannica, ketika gunung erupsi, gunung akan mengeluarkan batuan cair, pecahan batuan panas, dan gas panas. Letusan ini terjadi akibat panas yang bergerak di bawah permukaan tanah.
Meskipun dapat saja didahului oleh emisi uap dan gas dari lubang kecil di dekat permukaan tanah, letusan gunung berapi sering kali dimulai dengan akumulasi magma (batuan cair di bawah permukaan tanah) yang kaya akan gas.
Namun dalam beberapa kasus, magma dapat naik melalui saluran ke permukaan sebagai lava yang tipis dan cair. Magma dapat saja mengalir keluar secara terus-menerus atau menyembur ke atas seperti air mancur.
Dalam kasus letusan gunung berapi yang dahsyat, saluran tempat magma keluar dilubangi oleh letusan yang eksplosif. Letusan ini mengeluarkan serta benda-benda padat dalam awan gas sarat abu yang membumbung tinggi hingga puluhan ribu meter ke udara.
Awan panas atau wedus gembel
Banyak letusan eksplosif disertai dengan aliran piroklastik atau awan panas atau wedus gembel, campuran gas panas dan partikel pijar yang terfluidisasi yang menyapu sisi-sisi gunung berapi, yang membakar semua yang dilaluinya. Jika abu atau gas yang dikeluarkan terkumpul di padang salju atau gletser yang tinggi, maka mereka dapat mencairkan es dalam jumlah besar. Akibatnya bisa berupa banjir atau tanah longsor yang mengalir deras ke lereng gunung berapi.
Awan panas adalah hal yang paling berbahaya dan merusak dari vulkanisme eksplosif. Awan panas terjadi dalam berbagai ukuran dan jenis, tetapi karakteristik umumnya adalah emulsi terfluidisasi dari partikel-partikel gunung berapi, gas letusan, dan udara yang terperangkap, sehingga menghasilkan aliran dengan viskositas yang cukup rendah sehingga sangat mudah bergerak dan memiliki kepadatan yang cukup tinggi untuk memeluk permukaan tanah.
Pilihan Editor: Awan Panas Mereda, Waspadai Bencana Hidrometeorologi di Sekitar Lereng Gunung Merapi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.