TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak sepuluh kepala Sekolah Dasar (SD) di Probolinggo, Jawa Timur, sepakat untuk tidak lagi menggunakan lembar kerja siswa (LKS) dalam pembelajaran di sekolah masing-masing. Pernyataan ini disampaikan oleh Rudi Suryawan, Kepala SD Negeri Klenang Lor I, Probolinggo, saat ditemui pada Kamis 30 Maret 2023.
Rudi dan sembilan Kepala SD lain bersepakat setelah mengikuti workshop “Meningkatkan Kompetensi Literasi-Numerasi Kontekstual”. Workshop itu merupakan rangkaian program beasiswa #TerusBelajar yang diberikan oleh Kampus Pemimpin Merdeka (KPM) dan NusantaRun.
“Dengan menggunakan LKS yang hanya kumpulan soal itu dikiranya (selama ini) kompetensi murid sudah terpenuhi. Padahal tidak seperti itu," kata Rudi sambil menambahkan, "Guru harus menciptakan kegiatan yang dapat memancing daya nalar dan kompetensi anak sehingga dapat berpikir kritis.”
Kesepakatan ini, menurut Rudi dkk, sejalan dengan prinsip merdeka belajar yang telah diserukan oleh pemerintah melalui Kurikulum Merdeka. Sesuai prinsip ini, dia menuturkan, sekolah memiliki tujuan untuk mempersiapkan anak berpikir berkelanjutan dan tidak hanya berprestasi sebatas capaian angka.
Tantangan dari Guru dan Orang Tua Murid
Rudi pun mengungkapkan, banyak tantangan yang dihadapinya untuk memulai langkah ini. Salah satunya adalah pola pikir guru dan orang tua murid. Namun, dia tetap teguh pada karena menyadari kompetensi murid Indonesia terkait literasi dan numerasi masih jauh dari harapan.
Ilustrasi anak siswa Sekolah Dasar (SD). TEMPO/Prima Mulia
“Guru beralasan tidak mau ribet sedangkan orang tua murid akan mengatakan anak-anak tidak mau belajar di rumah kalau tidak membawa LKS," katanya, "Terus, kalau kita menyerah, bagaimana nasib anak bangsa ke depan? Sudah saatnya kita bangkit, bersama bahu-membahu.”
Dia kemudian menjelaskan dan meyakinkan akan melakukan pendekatan dengan guru dan orang tua. Antara lain, mengajak sesi belajar bersama guru dan sesi parenting dengan orang tua murid. Sejauh ini,menurut Rudi, beberapa guru di sekolahnya sudah mulai mengurangi penggunaan LKS dalam pembelajaran.
Baca halaman berikutnya tentang pendapat miskonsep dan salah kaprah belajar selama ini