TEMPO.CO, Jakarta - Menguap adalah aktivitas yang terjadi tanpa disengaja atau tidak bisa dikendalikan atau ditahan. Menguap juga bisa terjadi karena menular atau ketika melihat seseorang menguap maka tubuh akan ikut menguap secara tidak sadar. Lantas, mengapa menguap dapat menular?
Melansir USA Today, menguap dapat menular karena fenomena yang disebut echopraxia. Kondisi ini didefinisikan saat seseorang melihat perilaku tertentu dan jika peka atau memperhatikan orang lain, maka tubuh akan menirunya secara spontan yang dimungkinkan karena neuron cermin di otak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ini adalah bentuk evolusi dari perilaku kelompok yang tersinkronisasi. Menguap yang menular merupakan respons empati yang membantu manusia dan mamalia lain berkomunikasi. Di samping itu, ketika orang lain menguap maka tubuh menjadi lebih peka terhadap keadaan fisiologis.
Tidak hanya menular ketika bertatap muka secara langsung, menguap juga dapat menular melalui sambungan telepon. Gelombang telepon dapat memicu menguap simpatik pada dirinya. Bahkan, menguap melalui telepon juga lebih menular apabila disertai dengan efek suara.
Terlebih komunikasi dilakukan melalui panggilan video sehingga semakin meningkatkan kemungkinan menguap yang menular dibandingkan dengan sambungan telepon biasa yang hanya menggunakan suara.
Menguap juga bisa ditularkan kepada hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing. Hal ini karena kedua hewan tersebut adalah spesies yang mudah berinteraksi atau memiliki rasa sosial dengan manusia.
Dikutip dari Sleep Foundation, tingkat kedekatan atau empati terhadap seseorang mempengaruhi menguap yang menular. Seseorang lebih cenderung menguap setelah melihat teman atau anggota keluarga menguap daripada seorang kenalan atau orang asing.
Kecenderungan mengalami yang ditularkan oleh orang lain akan berlangsung ketika mulai menginjak usia 4-5 tahun atau ketika perasaan memahami orang lain terbentuk.
NAOMY AYU NUGRAHENI
Pilihan Editor: Menguap Bukan Cuma Berarti Ngantuk, Cek Fakta Lainnya