TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadi tuan rumah agenda pertemuan Komisi Oseanografi Antarpemerintah untuk Pasifik Barat ke-14 yang digelar mulai hari ini, Selasa 4 April 2023 sampai Jumat mendatang. IOC-WESPAC adalah wadah kerja sama riset, teknologi dan kebijakan di bidang ilmu kelautan untuk negara-negara di wilayah Pasifik Barat.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, program kerja sama yang dijalin para anggota IOC-WESPAC memiliki peran strategis untuk kemajuan riset dan inovasi di Indonesia. Kerja sama riset itu, disebut Handoko, untuk mempelajari lebih lanjut tentang sifat dan sumber daya laut dan wilayah pesisir serta menerapkan pengetahuan tersebut untuk peningkatan tata kelola, pembangunan berkelanjutan, dan perlindungan ekosistem laut.
“Pada pertemuan kali ini akan dilakukan review terhadap pelaksanaan kesepakatan yang telah dibuat pada pertemuan IOC-WESPAC sebelumnya selama tiga tahun terakhir,” kata Handoko saat membuka pertemuan di Auditorium Soemitro Djojohadikusumo, Gedung B.J. Habibie, Jakarta. Dia menambahkan, "Selain mengevaluasi, setiap negara anggota juga dapat mengusulkan project atau working group yang akan ditindaklanjuti di tahun-tahun berikutnya."
BRIN, Handoko mengungkap, akan mengusulkan topik diskusi mengenai small island research and development (SIRaD). Usulan SIRaD tersebut dinilainya sangat relevan dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan. "Topik ini sangat relevan dengan 17.500 pulau yang dimiliki Indonesia, 90 persen dapat dikategorikan sebagai pulau-pulau kecil dan terdapat 111 pulau kecil terluar," kata dia.
Selain itu, pulau-pulau kecil unik secara geologis dan biologis disebut Handoko memiliki kekayaan hayati khas atau endemik, yang hanya ada di beberapa pulau atau klaster pulau tersebut. Misalnya, coral triangle yang merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia. "Pulau-pulau kecil juga rentan akibat perubahan iklim dan potensi tenggelam," tuturnya.
Mengingat adanya kemiripan berbagai ancaman yang dihadapi oleh semua negara di kawasan regional Pasifik Barat, menurut Handoko, perlu dibentuk working group SIRaD. Melalui working group itulah para peneliti regional akan mencari solusi bersama melalui riset yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
Perubahan Iklim, Apa Kontribusi Peneliti Indonesia?
Kejadian riil yang sudah terjadi dijelaskan oleh Vivi Yulaswati, Deputi Bidang Maritim dan SDA Bappenas. Menurutnya telah ada 5.400 bencana, dengan 99 persen merupakan bencana mikrohidrologi. "Artinya, tiba-tiba kita cuaca ekstrem hujan atau panas," kata Vivi saat konferensi pers.
Hal itu menurutnya sebagai dampak perubahan iklim. Vivi menyebutkan beberapa daerah sekarang sudah mengalami dampak langsung dari naiknya muka air laut. Ada desa yang sudah hilang atau kota besar yang air tanahnya terganggu.
Begitu juga dampak gelombang dengan tinggi 4 meter, bahkan lebih. "Itu mengancam nelayan-nelayan kita yang kapalnya sekitar 10 GT, kecil-kecil," kata dia.
Peneliti senior di Pusat Riset Oseanografi, BRIN, Augy Syahailatua menekankan peran penting kolaborasi dengan negara lain untuk urusan perubahan cuaca dan iklim. "Kita tidak melihat hanya di Indonesia, tapi Indonesia di kawasan," katanya sambil menambahkan, "Kolaborasi sangat membutuhkan teman-teman peneliti dari Indonesia untuk berkontribusi bersama."
Ia menyebutkan ada agenda yang memungkinkan Indonesia bisa saja membuat program sendiri atau mengikuti program yang sudah ada. Namun, menurutnya, Indonesia sebaiknya memimpin di Samudera Pasifik dan Hindia.
"Dan kalau kita bicara samudera, kita bicara laut dalam. Perairan Indonesia sekitar 2/3 adalah laut dalam. Sehingga Indonesia menjadi laboratorium untuk urusan Samudera Hindia dan Pasifik," tuturnya.
Tentang IOC WESTPAC
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Mego Pinandito menyebutkan, IOC WESTPAC akan menghasilkan Senior Governmental Official (SGO) Jakarta Statement yang memuat pernyataan bersama dari SGO Statement on the UN Decade of Ocean Science for the Sustainable Development (2021-2030).
Lebih rinci ia menyebutkan bahwa para delegasi akan membahas strategi pengembangan yang membahas kontribusi negara anggota, antara lain, terhadap Sustainable Development Goals 14. Juga keterlibatan dan kontribusi pada UN Ocean Decade antara lain program UN 21 (Akselerasi Pengelolaan Ruang Laut); UN 22 (pengurangan limbah plastik di muara sungai), dan UN 23 (Transformasi Regional Network of Training and Research Centers (RTRCs)), serta UN 24 (the 2nd Cooperative Study of Kuroshio and Adjacent Regions – dari ilmu pengetahuan hingga kesejahteraan manusia).
Sebagai informasi, selain BRIN, IOC WESTPAC didukung berbagai unsur Kementerian/Lembaga pemerintah Indonesia, yaitu Kemenkomarves, Bappenas, Kemlu, KKP, BMKG, Pushidros AL, KLHK, BIG, AIS, UNDP, dan beberapa universitas, yaitu IPB, UMRAH, UNSRI dan UNHAS, UI, UGM, UNPAD, ITB, UNDIP, UNPATTI, UNSOED, UNSRAT. Selain itu, kegiatan ini juga melibatkan beberapa pusat riset (PR) BRIN, yaitu PR Oseanografi, PR Iklim dan Atmosfer, PR Laut Dalam, PR Kebencanaan Geologi, dan PR Kependudukan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.