TEMPO.CO, Jakarta - Riset seputar Unidentified Aerial Phenomena (UAP), atau juga disebut Unidentified Flying Object (UFO), kerap dibungkus dalam dugaan adanya kehidupan cerdas yang berkunjung ke Bumi. Tapi, dalam sebuah draf makalah studi pada akhir Maret lalu (saat itu belum direview peneliti lain), Sean Kirkpatrick, Direktur Kantor Resolusi Anomali Seluruh Domain di Pentagon, AS, memiliki lebih fokus ke fisika dari manuver tingkat tinggi UAP.
Dalam penelitiannya bersama Avi Loeb, fisikawan dari Universitas Harvard, tersebut, Kirkpatrick mengesampingkan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang kehidupan di planet di luar Bumi. Sambil mendesain 'batasan fisik', Kirkpatrick dan Loeb mengungkap lewat observasinya baru-baru ini bahwa UAP atau UFO benar tak mengikuti hukum-hukum Fisika yang ada.
Mereka menyatakan, "Gesekan UAP dengan udara atau air di sekitarnya seharusnya menyebabkan bola api optis yang sangat terang, ionisasi gelombang radio di sekeliling dan ekor pergerakannya." Tapi, nyatanya, banyak studi UAP tak menunjukkan tanda-tanda itu.
Meski yang terlihat jelas adalah seperti alien, makalah menekankan kalau anomali-anomali itu dapat diterangkan dengan lebih banyak peralatan duniawi, yakni bahwa instrumen manusia saat ini memang tidak cukup sensitif untuk memahami apa yang terjadi.
Lebih tepatnya, Kirkpatrick dan Loeb menuliskannya begini: 'Tidak adanya seluruh tanda-tanda ini bisa menyebabkan pengukuran jarak yang tidak akurat (dan karenanya juga pengukuran kecepatannya). Penampakan UAP biasanya terlalu jauh untuk mendapatkan gambar objeknya dengan tingkat resolusi tinggi dan penentuan pergerakan objek itu terbatas oleh kekurangan banyak data."
Dalam kata lain, objek-objek terbang tak dikenal itu bisa saja tak lain daripada ilusi optikal dari sensor. Penjelasan ini pantas dicatat karena Loeb telah selama ini dilukiskan lebih sebagai seorang UFO believer ketimbang para koleganya. Loeb telah membuat sejumlah kontroversi pada 2017 ketika memperkirakan Oumuamua (berarti kurir dari kejauhan yang tiba pertama) berbentuk rokok, salah satu dari hanya dua objek antarbintang yang pernah memasuki tata surya, mungkin saja objek buatan.
Pada 2021, Loeb juga meluncurkan Proyek Galileo di Harvard, yang ingin mengembangkan pendekatan yang sangat ilmiah untuk mempelajari UAP. Meski membuka diri untuk segala kemungkinan dari sesuatu yang ekstraterestrial sebagai jawabannya, Loeb tetap skeptis terhadap gambar-gambar dan data yang tak jelas.
"Sejuta gambar yang kabur tidak ada nilainya, dibandingkan satu saja video resolusi tinggi dari sebuah objek saat dia bermanuver," katanya pada Februari lalu.
Eks Pilot Angkatan Laut AS Ungkap Kecanggihan UFO Lampaui Teknologi Manusia Modern
Untuk itu, Proyek Galileo Loeb telah secara aktual mendesain sebuah observatorium yang dibangun secara khusus (kustom) yang dapat menganalisis langit dalam rupa-rupa gelombang radio, optik, dan inframerah. Observatorium seperti ini perlu disebar di seluruh Amerika--bahkan dunia--untuk bisa mengumpulkan data UAP yang lebih detail daripada yang sudah dimiliki militer.
Laporan-laporan seperti ini akan sepertinya muncul lebih sering seiring para ilmuwan di berbagai universitas dan institusi mulai mengembangkan cara-cara untuk mempelajari objek-objek yang mulai dapat diterangkan ini. NASA juga sudah membuat tim studi UAP terdiri dari 16 orang untuk mengembangkan sebuah peta jalan untuk studi lebih jauh, dan sejumlah organisasi nirlaba telah pula terbentuk untuk mendorong lebih banyak penelitian UAP yang kredibel.
POPULAR MECHANICS
Pilihan Editor: Google Luncurkan 2 Fitur Baru Anti-hoax Berbahasa Indonesia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.