TEMPO.CO, Jakarta - Di era Perang Dingin, Rusia menjadi negara pertama yang meluncurkan satelit, dan kemudian manusia, ke luar angkasa. Dengan lebih dari 160 satelit Rusia di orbit Bumi saat ini, setiap kota, tank dan meriam milik Ukraina sejatinya akan mudah sekali terpetakan.
Tapi itu tak terjadi dalam perang di Ukraina sekarang ini. Sementara militer Ukraina menuai banyak keuntungan dari foto dan komunikasi satelit komersial, Rusia hanya mendapatkan minim sekali dari investasi besarnya dalam pesawat antariksa militer.
“Tentara Ukraina bisa menggunakan sistem komersial untuk mendapatkan gambar wilayah manapun dalam detail tinggi setidaknya dua kali sehari bergantung kondisi cuaca, tapi tentara Rusia bisa mendapat gambat wilayah yang sama kira-kira sekali dalam dua inggu," kata Pavel Luzin, peneliti senior di Jamestown Foundation, dalam artikel yang ditulisnya untuk Riddle.
Ditambahkannya, "Satelit-satelit eksisting Rusia menunjukkan kelemahan yang serius dibandingkan satelit-satelit komersial Amerika Serikat dan Eropa."
Satelit-satelit GPS telah memampukan rudal HIMARS buatan Amerika yang dimiliki Ukraina untuk secara akurat menarget komando dan depot-depot suplai militer Rusia. Starlink dari SpaceX--yang menggunakan sejumlah besar satelit di orbit rendah Bumi untuk menyediakan konektivitas lewat stasiun seukuran tas ransel di Bumi--menjadi sarana komunikasi militer Ukraina yang sangat penting.
Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS) ditembakkan di lokasi yang dirahasiakan, di Ukraina dalam gambar diam ini diperoleh dari video media sosial tak bertanggal yang diunggah pada 24 Juni 2022. Ukraina mengklaim berhasil menghancurkan depot senjata Rusia di Luhanks menggunakan sistem HIMARS dari Amerika Serikat. Pavlo Narozhnyy/via REUTERS
Sedangkan Rusia, meski memiliki berderet rudal hipersonik dan rudal lainnya serta bom-bom cerdas, tak kunjung mampu melakukan serangan presisi. "Karena kurangnya kemampuan mata-mata, Rusia tidak mampu menggunakan persenjataan presisi tinggi miliknya dengan seharusnya," kata Luzin. Itulah, menurut dia, alasan kenapa Rusia mengarahkan teror rudal terhadap kota-kota dan penduduk sipil Ukraina.
Kenapa Teknologi Satelit Rusia Melempem dalam Perang Ukraina?
Dengan 160 satelit, masalah di kubu Rusia jelas bukanlah ketiadaan perangkat keras orbital. Terlebih, 100 di antaranya disebutkan Luzin adalah satelit militer. Termasuk di dalamnya adalah 25 satelit GPS GLONASS, 47 satelit komunikasi, tujuh satelit mata-mata maritim elektronik Liana, dua satelit mata-mata optikal Persona, dan wahana antariksa eksperimental, pemetaan topografi, dan deteksi rudal.
Apa yang tak dimiliki Rusia, menurut Luzin, adalah kombinasi yang pas antara satelit-satelit itu dengan sistem dan prosedur di Bumi untuk menerima dan diseminasi data kepada siapa yang membutuhkannya. Sebagai misal, Liana didesain untuk melacak kapal induk Amerika di Samudera Pasifik. Sayangnya, kemampuan itu tak membantunya memenangkan perang darat di Ukraina.
Menyadari ketinggalannya dalam Era Antariksa, Rusia memilih pada awal 2000-an lalu tidak membangun satelit mata-mata. Sebaliknya berusaha menggenjot sistem navigasi satelit GLONASS dan satelit komunikasi yang bergantung kepada komponen elektronik antariksa dari Barat.
Penerapan sanksi dari Barat setelah Rusia aneksasi Krimea pada 2014 telah menghambat investasi sistem satelit tersebut. Hasilnya adalah bahwa Rusia kini hanya memiliki dua satelit intelijen optikal di orbit. Peluncuran dua satelit Resurs baru telah ditunda sampai setidaknya 2024, sedangkan tiga setelit komersial Rusia--yang bisa digunakan untuk militer--mungin tak bisa lagi berfungsi.
Bukan hanya satelit-satelit yang jadi permasalahan bagi Rusia. Tentaranya di lapangan kekurangan terminal komunikasi satelit yang hanya menambah parah kekakuan militer Rusia dan sistem komando yang terkotak-kotak Sementara satelit GPS GLONASS bisa bekerja, penggunanya kekurangan terminal dan peta elektronik untuk utilisasi navigasi satelit.
Roket Soyuz Rusia meluncurkan satelit militer Kosmos 2558 dari Plesetsk Cosmodrome pada 1 Agustus 2022. (Kementerian Pertahanan Rusia)
Pada 2020, Luzin memperkirakan Rusia telah membelanjakan $1,6 miliar per tahun untuk program antariksa militernya. Namun begitu pendanaan untuk masa depan satelit belum menentu. Perang di Ukraina akan mengalihkan sumber daya ke kebutuhan tank dan rudal. Sementara, sanksi lagi dari Barat akan menekan komponen rumit wahana antariksa Rusia.
Sementara, Luzin menilai model politik ekonomi Rusia membuat bisnis swasta bidang luar angkasa juga tak bisa diandalkan. "Inisiatif bisnis dan teknologi swasta dipandang ancaman politis," katanya.
Lagian, dia menambahkan, Barat juga dapat mengambil langkah mencegah kebrlangsungan program antariksa militer Rusia. "Saya kira Rusia tidak akan mampu mengembangkan kemampuan militer antariksanya saat ini."
POPULAR MECHANICS
Pilihan Editor: Penipuan Modus Ganti Stiker QRIS di Kotak Amal Masjid, Pakar Siber Beberkan Kekurangan Penggunaan QRIS dan Cara Atasinya