TEMPO.CO, Jakarta - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi tuan rumah dalam acara Giornata della Ricerca Italiana nel Mondo atau Hari Riset Italia Sedunia pada 13 April lalu.
Acara ini merupakan agenda tahunan Kedutaan Besar Italia di seluruh dunia dalam rangka memperingati tanggal kelahiran Leonardo Da Vinci pada 15 April. Leonardo dianggap sebagai salah satu tokoh yang mewakili ilmu pengetahuan karena menguasai bidang sains, engineering, seni, dan filsafat.
Acara dibuka dengan sambutan dari Dekan FMIPA UGM Kuwat Triyana, Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama Ignatius Susatyo Wijoyo, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, dan Duta Besar Italia untuk Indonesia, H.E. Benedetto Latteri.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan peringatan hasil riset Italia sedunia di kampus UGM bisa mendorong peningkatan kerja sama riset antara UGM dengan peneliti dari berbagai universitas di Italia terutama dalam bidang geofisika.
Ia menyampaikan Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan memiliki gunung api aktif terbanyak di dunia namun, juga memiliki potensi bencana alam geologi hingga hidrometeorologi yang selalu terjadi sepanjang tahun.
“Perubahan iklim sangat berpengaruh pada bencana di Indonesia sehingga diperlukan adanya sistem peringatan terintegrasi,” katanya dilansir dari laman UGM pada Senin, 17 April 2023.
Roberto Carniel, peneliti geofisika terapan dari Universitas Udine, Italia, mengatakan bahwa pengurangan data pada karakterisasi vulkanik gunung api sangat diperlukan dalam rangka memfasilitasi interpretasi sistem.
Sebab, aliran data yang direduksi dapat digunakan tidak hanya untuk mengkarakterisasi rezim vulkanik yang berbeda tetapi juga untuk menentukan transisi di antara mereka, memeriksa hubungannya dengan peristiwa eksternal atau internal seperti peristiwa seismik tektonik atau gunung berapi-tektonik, mencari prekursor atau fase letusan paroksismal.
“Hasil tersebut dapat menjadi masukan tambahan bagi model fisik untuk memahami secara detail perubahan fisik yang terjadi pada sistem vulkanik dan kemungkinan akibatnya,” katanya.
Pada seminar kali itu dihadiri sedikitnya 66 peneliti dan tamu undangan terdiri dari para guru besar, kelompok riset, instansi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta sejumlah perwakilan SMA di Yogyakarta.
Pilihan Editor: Kisah Clareta, Mahasiswa Peraih IPK Tertinggi di Wisuda April ITB 2023