TEMPO.CO, Jakarta - Mendung tak hanya mewarnai kegiatan pengamatan Gerhana Matahari di Jakarta. Awan juga berarak di Biak, Papua, yang merupakan satu dari segelintir wilayah di Indonesia yang menjadi lintasan fenomena Gerhana Matahari Total pada Kamis 20 April 2023.
Cuaca di Biak itu seperti yang dituturkan Muhammad Rayhan, astronom amatir dan astrofotografer dari Planetarium Jakarta. Menurut dia, cuaca di hari yang ditunggu-tunggu dalam ekspedisi yang dijalaninya itu malah berbeda dengan hari-hari sebelumnya saat sosialisasi dan persiapan.
Cuaca sehari sebelumnya, misalnya. “Sepanjang hari sampai malam cerah panas dan berbintang,” kata Rayhan lewat aplikasi pesan WhatsApp, Kamis malam.
Kamis pagi, dia menuturkan, di Hotel Nirmala Beach Biak yang menjadi pusat Festival Gerhana Matahari yang diselenggarakan Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor sudah mendung setelah pada diniharinya sempat turun hujan. Menjelang siang, cuaca sedikit membaik, tapi tetap Matahari tidak jelas terlihat.
Hingga sekitar 30 menit dari jadwal Gerhana Matahari Total awan tak kunjung pergi. Bahkan Rayhan melihat ada ancaman awan mendung baru dari arah barat. “Saya memutuskan untuk memanggil sopir, membawa mobil dan membawa saya ke arah timur ke arah bandara, berkejar-kejaran dengan awan,” katanya mengisahkan.
Berbekal kamera mirrorless dan lensa tele-zoom, keduanya berpacu menuju sisi timur Pulau Biak ke arah Bandara Frans Kaisiepo dengan terlebih dahulu menyibak lautan manusia yang datang menghadiri festival. “Dengan skill ala pembalap yang membawa ambulans darurat, Bapak Sopir memacu cepat mobilnya sembari membunyikan klakson untuk membelah kemacetan dan lepas dari kejaran awan hujan.”
Sementara, Rayhan sibuk memotret gerhana sambil berakrobat menjulurkan badan ke luar jendela dalam kondisi mobil yang melaju. Itu sebabnya ada insiden filter Matahari mylar yang digunakan di depan lensa kamera terbang tertiup angin.
Tepat dua menit sebelum fase gerhana total, Rayhan meminta mobil berhenti. Saat itu posisi mereka di pinggir jalan tak jauh dari bandara. Rayhan memasang tripod dan menjadikannya lokasi pemotretan darurat. Di langit di atasnya, tutupan awan berhasil mengejarnya tapi beruntung mampu ditembusnya dan Gerhana Matahari Total pun berhasil teramati.
Astrofotografer dari Planetarium Jakarta, M Rayhan, saat ekspedisi Gerhana Matahari di Biak, Papua, Kamis 20 April 2023. FOTO/Planetarium dan Observatorium Jakarta
Kejutan datang sesaat sebelum Rayhan meninggalkan tempat. "Dua pemuda setempat datang mengendarai sepeda motor memberikan filter Matahari yang sempat saya relakan terbang," katanya.
Suka cita berlipat saat dia sampai kembali di hotel dan mendapati tanahnya basah. “Ternyata benar prediksi saya, area hotel dan sekitarnya turun hujan cukup deras selama saya tinggal,” katanya sambil mengirim hasil bidikan fenomena Gerhana Matahari menggunakan Kamera Panasonic Lumix DC-G9 dan Lensa Panasonic Leica Vario-Elmar 100-400 mm f/4-6.3.
Pilihan Editor: Terbanyak, 295 Mahasiswa Universitas Indonesia Lolos Beasiswa IISMA 2023
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.