TEMPO.CO, Jakarta - Kota Padang memiliki empat bangunan shelter untuk tempat evakuasi sementara (TES) yang dibangun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Salah satu bangunan TES itu berada di Kelurahan Ulak Karang Utara, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang.
Bangunan berlantai lima dengan warna cat kuning dan biru yang sudah mulai pudar terlihat terbengkalai. Selain itu, sampah-sampah juga banyak yang berserakan di area TES. Bagian tiang TES penuh dengan coretan. Lantai bawah tergenang air dan dipenuhi dengan rumput liar. Area TES lainnya juga sudah terlihat rusak dan kaca-kaca yang sudah pecah.
Ada beberapa plang yang bertuliskan titik kumpul serta tulisan TES yang cukup besar di depan pintu masuk. TES tersebut memiliki tiga tangga evakuasi, namun tangga terlihat ditutupi pagar berwarna hitam dan digembok.
Saat Tempo datang, terlihat ada beberapa ojek online yang sedang istirahat sambil menunggu orderannya. Ada juga jaring basket berwarna hitam yang tergantung di tengah TES.
Seorang pria yang sedang asik mengotak-atik kendaraannya mengatakan jika barang-barang di shelter tersebut sudah banyak yang hilang. Untuk gemboknya, dipegang oleh beberapa orang di sekitar shelter.
Pria yang enggan disebutkan namanya itu menambahkan bahwa beberapa fasilitas di TES sudah hilang karena dicuri orang. Bahkan sirenenya tidak berfungsi lagi. "Sirine kemarin tidak ada bunyi saat gempa 25 April 2023," terangnya.
Selain itu, penerangan listrik di lantai paling atas juga tidak ada. Penerangan ada di lantai paling bawah, itu pun baru dialiri listrik. "Sangat seram jika dilihat pada malam hari," katanya. "Saya tidak tahu betul masalahnya, mungkin bisa tanya langsung ke kelurahan atau pihak yang berwenang," katanya.
Ketua RT01 Kelurahan Ulak Karang Utara, Yuneldi, mengatakan gempok yang terpasang di jalur evakuasi shelter tersebut untuk mengantisipasi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Menurutnya, ada beberapa kali kejadian asusila dilakukan oleh orang-orang dari daerah lain.
"Dulu kami pernah gembok dengan rantai, tetapi orang masih bisa naik, akhirnya kami kasih pagar. Namun, yang memegang kunci itu orang-orang di sekitar, jadi kalau terjadi situasi darurat langsung dibuka, seperti kejadian gempa 25 April 2023 lalu," katanya.
Dia menjelaskan, bahwa shelter tersebut tidak memilik penjaga. Sudah sering diajukan ke BPBD Kota Padang untuk menempatkan penjaga, tetapi tidak ada respons. "Dulu waktu Covid-19 masyarakat pernah swadaya untuk menggaji penjaga sebesar Rp 1,5 juta per bulan, tetapi sekarang tidak sangup lagi," ujarnya.
Menurut Yuneldi, banyak fasilitas shelter yang sudah tidak ada dan rusak, seperti air, toilet, penerangan dan tenda pengungsian. "Penerangan sampai sekarang tidak ada, karena bola lampu sudah pada hilang, bahkan sirene peringatan dini tidak berfungsi lagi," katanya.
"Sirene dan fasilitas ini sudah sering kami ajukan ke BPBD, tetapi tidak ada respons juga. Kami berharap segala kebutahan itu dipenuhi, agar saat situasi darurat, semuanya sudah aman," katanya.
Selain itu, perihal pengelolaan TES menjadi masalah baru, sebab BPBD Kota Padang belum memberikan secara tertulis kepada pengurus TES. "Pengurus TES sudah dibentuk jauh-jauh hari, tetapi sampai sekarang belum ada serah terima, sehingga kami takut untuk berbuat terhadap TES," kata Yuneldi.
Sekretaris Daerah Kota Padang Andree Algamar menyebutkan, ada empat bangunan shelter Tsunami, yaitu di Kelurahan Air Tawar Timur memiliki empat lantai dengan kapasitas 200 orang, di Kelurahan Bungo Pasang dan Komplek Jondul 4 Parupuk Tabing dengan enam lantai dan kapasitas 1000 orang. Lalu ada di Koto Tangah dan Kelurahan Ulak Karang Timur dengan empat lantai dan kapasitas sekitar 1.000 orang.
Andree mengatakan tiga shelter dibangun oleh BNPB pascagempa 2009 di Kota Padang. Shelter di Ulak Karang baru dibangun pada tahun 2018. “Ya kira-kira pascagempa 2009 baru dibangun,” katanya.
Menurut Andree, shelter yang terbengkalai itu terkait masalah perawatan. Pemko Padang sudah rapat melakukan evaluasi terkait pengelolaan shelter. “Nanti kami akan rapikan dan susun kembali. Kami juga akan carikan pembiayaannya, walaupun bangunan itu bisa digunakan untuk yang lain,” ujarnya.
“Untuk alat-alat yang sudah hilang nanti juga akan kami evaluasi dan sampaikan kepada BNPB. Intinya kami inventaris semua masalah dan memastikan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk shelter ini,” katanya.
Andree mengakui petugas pengelolaan shelter sudah ada, yang melibatkan perangkat Rukun Tetangga (RT) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). “Untuk tiga shelter seperti di Nurul Haq Kelurahan Bungo Pasang, Darussalam di Komplek Jondul 4 dan Wisma Indah Kelurahan Ulak Karang Utara, sudah dibentuk pengelola shelter yang terdiri dari unsur masyarakat sekitar shelter. Kunci shelter dipegang oleh beberapa orang di sekitar shelter, dan jika situasi darurat, mereka yg membuka akses shelter,” katanya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.