John Sotos punya teori mengapa Abraham Lincoln begitu tinggi, mengapa ada benjolan di bibirnya, serta bagaimana dia mengidap masalah gastrointestinal. Presiden ke-16 Amerika Serikat itu, kata Sotos, punya kelainan genetik langka, penyakit yang ada kemungkinan bakal membuat dia meninggal karena kanker dalam jangka waktu setahun seandainya tak dibunuh.
Untuk membuktikan teorinya, Sotos bermaksud bisa memeriksa tetesan darah pada sarung bantal yang dipakai Lincoln untuk bersandar setelah dia ditembak di Ford's Theater di Washington, 144 tahun lalu. Sarung bantal yang tersimpan dalam sebuah bingkai kaca itu kini berada di Grand Army of the Republic Civil War Museum and Library, di timur laut Philadelphia.
Ahli kardiologi itu berharap tes DNA terhadap darah itu bisa mengungkap apakah Lincoln menderita multiple endocrine neoplasia tipe 2B. Kelainan yang terjadi pada satu di antara 600 ribu orang itu dapat menjelaskan tinggi Lincoln yang tidak normal, kepalanya yang relatif kecil dan asimetris, serta benjolan di bibirnya. Penyakit itu juga memicu timbulnya kanker thyroid atau adrenal.
Sotos juga mengutip penurunan berat badan Lincoln saat menjabat presiden dan penampilannya yang kurang sehat pada bulan-bulan terakhirnya. Dia mengatakan penemuan kelainan genetik dan kanker yang mungkin diderita Lincoln akan mengungkap bagaimana kehidupannya sebagai presiden. "Saya tak tertarik pada bagaimana dia meninggal," ujar Sotos. "Saya tertarik pada bagaimana kehidupannya."
Beberapa bulan lalu, Sotos mengajukan petisi kepada museum agar mengizinkannya mengetes sarung bantal itu. Eric Schmincke, kepala sekaligus anggota dewan museum mengatakan permintaan itu masih diperdebatkan dan rapat pengambilan keputusan akan digelar 5 Mei mendatang. Mereka harus mempertimbangkan kemungkinan rusaknya artefak itu, selain isu moral terhadap tokoh hak asasi manusia itu. "Anda harus melihatnya sebagai pemeriksaan terhadap seseorang yang tak bisa membela dirinya," kata Schmincke.
TJANDRA DEWI | AP