TEMPO.CO, Jakarta - Asrama Putri Kanayakan Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan sosialisasi terkait dasar-dasar pencegahan kekerasan seksual kepada siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 103 Coblong, Kota Bandung.
Sosialisasi tersebut dilaksanakan pada pertengahan April lalu. Kegiatan diawali dengan pemaparan materi terkait pengantar pencegahan kekerasan seksual. “Jadi, dijelaskan terkait materi pengantar seperti bagian-bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain,” ujar Putri Nur Azizah selaku penanggung jawab pengabdian masyarakat Asrama Kanayakan ITB dilansir dari situs ITB.
Selanjutnya, peserta dibagi menjadi tiga kelompok besar dengan satu pendamping dari Asrama Kanayakan. Pendamping tersebut kemudian berperan sebagai pendongeng atau storyteller.
“Storytelling-nya itu tentang seorang anak yang berusaha menjaga batu kristal dalam dirinya dari serangan monster jahat yang berusaha merebutnya. Batu kristal itu adalah perumpamaan bagi tubuh anak-anak, dan monster adalah para pelaku kekerasan seksual,” jelas Azizah.
Setelah sesi storytelling, siswa di kelas tersebut menerima materi dengan metode diskusi kelompok terpimpin (DKT) dengan kelompok yang sama. Di dalam sesi tersebut, anak-anak menerima pertanyaan terkait kasus yang terjadi di kehidupan nyata.
“Misal mandi bareng teman-teman, diajak nonton tayangan tidak pantas, dimintai foto tidak pantas oleh teman online, dan lain-lain,” ujarnya. Dari topik itu, anak-anak diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapat masing-masing.
Dari kegiatan ini, diharapkan anak-anak dan orang tua bisa mengerti bahwa kekerasan seksual sangat berbahaya untuk setiap kalangan umur.
“Harapannya anak-anak dan orang tua lebih terbuka kalau kekerasan seksual itu membahayakan setiap kalangan umur, terutama anak-anak. Dan itulah kenapa sekolah diharapkan jadi tempat yang aman dan mendukung untuk anak-anak belajar hal-hal dasar terkait pencegahan kekerasan seksual,” kata Azizah.
Menurut dia, kegiatan pengabdian tidak harus memberikan perubahan besar, tapi bisa berupa hal-hal kecil ke masyarakat selama memberi dampak positif. “Jadi selama ada waktu, tenaga, dan kesempatan untuk mengabdi, kenapa enggak?” ujarnya.
Pilihan Editor: Profesor ITB Kembangkan Varietas Cabai ITB 1, Tahan Serangan Lalat Buah