Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Survei JobStreet Beberkan Posisi di Atas Angin Tech Talent di Asia dan Indonesia

image-gnews
JobStreet.com
JobStreet.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Survei oleh JobStreet mengungkap tenaga kerja bidang teknologi kini merasa memiliki daya tawar atau kekuatan negosiasi yang 'super'. Tak hanya soal gaji, tapi juga perihal keinginan bekerja lebih fleksibel di antara tuntutan banyak perusahaan untuk kembali bekerja lima hari penuh di kantor saat ini.

"Tech talent merasa lebih nyaman mencari pekerjaan dan negosiasi gaji, dan apapun yang mereka inginkan, dibandingkan talenta di sektor lain," kata Peter Bithos, CEO Seek Asia--perusahaan induk JobStreet, dalam small group interview yang diikuti Tempo.co dan dua media lain, Selasa 9 Mei 2023.

Pada hari itu JobStreet merilis laporan hasil survei berjudul 'What Tech Jobseekers Wish
Employers Knew: Unlocking the Future of Recruitment'. Survei melibatkan 6.228 responden yang adalah insan bidang teknologi di 6 negara atau wilayah di Asia. Keenamnya adalah Singapura, Hong Kong, Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Filipina. 

Survei yang dilaksanakan bekerja sama dengan Boston Consulting Group dan The Network itu dilaksanakan pada akhir 2022. Mereka yang ditanyai mencakup usia kurang dari 20 sampai lebih dari 60 tahun; pengalaman kurang dari 2 atau lebih dari 20 tahun; dan berstatus bekerja, belum bekerja, wiraswasta, magang, juga yang tidak ingin bekerja.

Peter menyebut survei ini sangat penting di antara berita-berita PHK massal yang dilakukan banyak perusahaan teknologi di dunia belakangan ini (tech winter). Di sisi lain ada pula perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT yang kini sedang populer, yang menerbitkan pertanyaan tentang bagaimana pengaruhnya terhadap pekerja bidang IT ke depannya. 

Tentang yang pertama, Peter mencatat ada 17 ribu korban PHK massal perusahaan teknologi di Asia sepanjang sembilan bulan terakhir. Tapi ternyata angka itu masih jauh di bawah jumlah posisi atau lapangan kerja di bidang teknologi yang ditawarkan di platform JobStreet dari wilayah Asia setiap bulannya yang sebanyak 30 ribu.

Peter menekankan bahwa pasar bagi pelamar pekerjaan bidang teknologi terbuka bukan hanya dari perusahaan teknologi, tapi juga banyak perusahaan lain seperti bank, pabrik, dan lainnya. Di Asia pasar itu tumbuh sebesar 42 persen dibandingkan periode sebelum pandemi Covid-19. "Semua orang (perusahaan) butuh tech worker saat ini," kata dia menambahkan.

Indocomtech 2019, ajang pameran teknologi informasi dan komunikasi terbesar di Indonesia.

Karena situasi itu, para talenta teknologi lebih percaya diri dan merasa memiliki kekuatan negosiasi lebih besar dibandingkan mereka yang ada di bidang lainnya. Hasil survei menyebutkan, sebanyak 81 persen kandidat Tech Talent di Asia mengaku ditawari peluang kerja hingga beberapa kali dalam setahun, membuat mereka kelompok kandidat yang sangat dicari.

Mereka juga percaya diri dalam bernegosiasi. Rata-rata, 71 persen pelamar pekerjaaan berlatar pendidikan teknologi itu merasa memiliki posisi yang kuat. Semakin latar belakang pendidikannya sesuai dengan teknologi informasi dan digital, Peter menambahkan, posisi dan daya tawarnya semakin kuat.

Di Indonesia, dengan jurang yang lebih dalam antara pertumbuhan pasar dan sumber daya manusia untuk memenuhinya, menjadikan para pemilik talenta teknologi lebih tinggi lagi rasa percaya dirinya dibandingkan rata-rata di Asia. "Dan mereka di Jakarta lebih aktif mencari peluang pekerjaan (36 persen) dibandingkan rata-rata tech talent di Asia (29-30 persen)," kata Peter.

Pencarian terbesar dilakukan melalui platform atau portal teknologi seperti JobStreet, dilakukan 30 persen responden; lalu lewat jaringan personal oleh 28 persen responden; serta masing-masing 20 persen mereka yang langsung melamar ke perusahaan yang dituju dan lewat media sosial.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Secara umum, seperti yang menjadi temuan survei JobStreet, para tech talent menginginkan yang sama dengan pelamar kerja bidang lainnya saat bernegosiasi dengan perusahaan. Sebut saja soal keamanan jangka panjang dari posisi atau jenis pekerjaan, gaji yang tinggi, serta keseimbangan hidup-kerja. 

Tapi, ada tiga perbedaan besar di antara mereka yang muncul dari hasil survei tersebut. Pertama, Peter menyebutkan, "tech worker merasa perlu dapat mengerjakan pekerjaan yang menarik, dengan tool yang menarik, dan bisa belajar banyak di pekerjaannya nanti." 

Perbedaan kedua, pekerja bidang teknologi memiliki kepedulian yang lebih besar terhadap bekerja secara hybrid. Mereka disebutkan melawan tren dua bulan terakhir di mana perusahaan-perusahaan di dunia ingin mengembalikan sistem Work From Office 5 hari penuh dalam seminggu. 

"Tech worker tidak ingin itu, tapi mereka juga tidak mau (bekerja) jarak jauh sepenuhnya," katanya sambil menambahkan, "Hanya kurang dari 20 persen yang mau bekerja remote dan 80 persen pilih kadang-kadang saja di kantor, yang kebanyakan di antaranya pilih hybrid dan flexibility."

Perbedaan ketiga, ketika memikirkan perusahaan tempatnya bekerja, pelamar bidang teknologi ingin mengenal orang-orang di lingkungannya secara langsung, bertemu wajah, dan menggali seperti apa kultur perusahaan, apa yang akan mereka kerjakan atau pelajari. Peter menyebutnya sebagai, 'dynamic interesting environment'.

"Tiga itu yang harus diperhatikan perusahaan-perusahaan jika ingin memikat tech talent saat ini," katanya. Satu perusahaan mungkin saja untuk menolak tuntutan di atas dalam negosiasinya, tapi Peter mengingatkan, "tapi akan ada banyak perusahaan lain yang mungkin bersedia menerimanya demi dapat merekrut pekerja teknologi itu."

CATATAN.

Artikel ini telah diubah pada Rabu, 17 Mei 2023, pukul 10.40 WIB, untuk memperbaiki keterangan Peter Bithos sebagai CEO Seek Asia dari semula hanya tertulis CEO Seek. Terima kasih.

Pilihan Editor: Hands-on Review Ponsel Lipat Oppo Find N2 Flip yang Sudah Masuk Pasar Indonesia


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan

Berita Selanjutnya




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Intel akan Hadirkan Teknologi AI pada CPU

12 menit lalu

Logo Intel. (wikimedia commons)
Intel akan Hadirkan Teknologi AI pada CPU

CEO Intel Pat Gelsinger menyatakan bahwa AI mewakili perubahan signifikan dan membuka era baru ekspansi global.


Misi Kecerdasan Buatan Pertama Inggris Akan Kunjungi Indonesia

11 jam lalu

Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste Matt Downing (Kedubes Inggris)
Misi Kecerdasan Buatan Pertama Inggris Akan Kunjungi Indonesia

Misi kecerdasan buatan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan Komite Ekonomi dan Perdagangan Bersama (JETCO) Inggris-Indonesia Juli lalu.


Penelitan IBM: 40 Persen Tenaga Kerja Butuh Pelatihan Ulang Dampak dari Penerapan AI

16 jam lalu

Ilustrasi kecerdasan buatan untuk kesehatan. Kredit: Antaranews
Penelitan IBM: 40 Persen Tenaga Kerja Butuh Pelatihan Ulang Dampak dari Penerapan AI

Studi ini memberikan rekomendasi tentang bagaimana para pemimpin dapat mengambil tindakan untuk mengatasi tantangan talenta mereka di era AI.


Petinggi Microsoft Ungkap Visi Microsoft Terkait Windows dan AI

1 hari lalu

Ilustrasi kecerdasan buatna. towardscience.com
Petinggi Microsoft Ungkap Visi Microsoft Terkait Windows dan AI

Microsoft dilaporkan sedang mengerjakan chip AI-nya sendiri yang mungkin menyaingi NVIDIA.


YouTube Umumkan Fitur AI Baru, Salah Satunya Aplikasi Edit Video Seperti TikTok

1 hari lalu

Logo YouTube. (youtube.com)
YouTube Umumkan Fitur AI Baru, Salah Satunya Aplikasi Edit Video Seperti TikTok

Untuk membantu pengguna membuat dan berbagi video langsung ke YouTube, platform ini telah meluncurkan aplikasi seluler baru yang disebut YouTube Create.


Soal AI, Dosen Filsafat Teknologi UGM: Artificial Intelligence Tidak Akan Menggeser Eksistensi Manusia

2 hari lalu

Ilustrasi artificial intelligence (AI). (Antara/Pixabay)
Soal AI, Dosen Filsafat Teknologi UGM: Artificial Intelligence Tidak Akan Menggeser Eksistensi Manusia

Sebagian manusia mulai khawatir terkait eksistensinya tergantikan artificial intelligence (AI). Begini kata Dosen Filsafat Teknologi UGM Rangga Kala.


Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

3 hari lalu

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di IEMS 2023. (Foto: TEMPO/Rafif Rahedian)
Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.


Sampai Saat Ini BRIN Belum Lakukan Riset Terkait Teknologi Nikuba

3 hari lalu

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di IEMS 2023. (Foto: TEMPO/Rafif Rahedian)
Sampai Saat Ini BRIN Belum Lakukan Riset Terkait Teknologi Nikuba

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko memberikan tanggapan terkait teknologi Nikuba.


Google Bard AI Kini Terhubung ke Gmail, Google Docs, Maps, Drive, dan YouTube

3 hari lalu

Google Bard.
Google Bard AI Kini Terhubung ke Gmail, Google Docs, Maps, Drive, dan YouTube

Dengan menggunakan Ekstensi, Bard bisa mendapatkan informasi relevan dari semua produk Google lainnya.


Pencarian Jodoh dengan Bantuan AI, Berikut Daftar Aplikasi dan Fungsinya

5 hari lalu

Aplikasi pencarian jodoh, Tantan dibekukan oleh Beijing. Sumber: Weibo/asiaone.com
Pencarian Jodoh dengan Bantuan AI, Berikut Daftar Aplikasi dan Fungsinya

Teknologi AI kini mulai disisipkan di beberapa aplikasi pencarian jodoh