Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bisakah Manusia Hidup di Planet Lain?

Reporter

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, JakartaElon Musk, CEO SpaceX, memiliki target untuk membangun kota dengan satu juga penduduk di Mars pada 2050. Itu terdengar sangat ambisius mengingat manusia belum pernah menginjakkan kaki di permukaan planet merah tersebut hingga saat ini. Namun pertanyaannya, apakah itu mungkin terwujud? Berapa lama waktu yang dibutuhkan manusia untuk mendiami planet lain? Mungkinkah manusia “menjajah” dunia di luar Bumi atau bahkan tata surya?

Jawabannya sangat bergantung pada planet mana yang sedang dibicarakan. Kalau konteksnya Mars, beberapa dekade adalah kerangka waktu yang cukup realistis. Serkan Saydam, Wakil Direktur Australian Centre for Space Engineering Research dan profesor dari Universitas New South Wales, mengatakan bahwa kolonisasi manusia di Mars mungkin terjadi dalam beberapa dekade. Insinyur pertambangan itu percaya, koloni manusia Mars akan berkembang pada 2050.

Menurut Saydam, langkah besar pertama dalam membangun koloni Mars yang sukses adalah air, yang mana dapat diekstraksi dari es atau mineral terhidrasi. Air kemudian akan memfasilitasi pertanian dan kemampuan untuk bercocok tanam di Mars seperti pada film “The Martian”. Hidrogen dari es dan mineral juga dapat digunakan sebagai sumber energi untuk bahan bakar roket.

Akan tetapi, belum ada konsensus ilmiah tentang kolonisasi Mars pada 2050. Beberapa ilmuwan memberikan pendapat yang kurang optimis. Louis Friedman, insinyur astronotika dan pendiri The Planetary Society, pernah memberi pernyataan pada 2019 bahwa kolonisasi Mars tidak mungkin terjadi di masa mendatang. Seorang ahli saraf dari Universitas Florida yang telah bekerja sama dengan NASA, Rachael Seidler, juga memandang optimisme membangun koloni di Mars sebagai hal yang kemungkinannya sangat kecil.

Terlepas dari itu, China berencana untuk mulai mengirim awak pesawat luar angkasa ke Mars pada 2033, sedikit lebih awal dari rencana NASA di akhir 2030 atau awal 2040. Begitu manusia sampai di sana, kalau benar-benar terjadi, langkah selanjutnya adalah membangun koloni.

Bagaimanapun, kolonisasi di Mars mengharuskan manusia berswasembada walau tentu belum bisa sepenuhnya merdeka dari Bumi. Saydam membandingkan Mars dengan sebuah pulau terpencil di mana penduduknya terkadang masih perlu mengimpor barang. Sebagian besar perkakas akan dikirim dari Bumi, termasuk alat berat seperti truk.

Mars perlu menghasilkan sesuatu agar koloni jangka panjang dapat bertahan secara finansial. Wisata luar angkasa adalah salah satu pilihan, tetapi Saydam merujuk ekstraksi mineral sebagai kunci keberhasilan kolonisasi. Misalnya, aktivitas penambangan platinum di asteroid terdekat dapat menciptakan siklus ekonomi luar angkasa yang mendorong investasi dan eksplorasi lebih lanjut.

Mars bukan Pilihan Terbaik

Meskipun Mars tampaknya adalah pilihan paling realistis untuk kolonisasi di luar Bumi, planet merah itu tidak begitu akomodatif bagi fisiologi manusia. Atmosfer Mars mengandung lebih dari 95 persen karbon dioksida, bersuhu sangat dingin sekitar -60 (minus enam puluh) derajat celcius, dan penuh dengan radiasi berbahaya. Butuh waktu 8,5 bulan dari Bumi untuk mencapai Mars menggunakan pesawat antariksa.

Hampir pasti ada eksoplanet (planet di luar tata surya) yang lebih ramah untuk menjadi rumah baru manusia Bumi. Masalahnya hanya letak yang sangat-sangat jauh. Sampai saat ini, belum ada lembaga antariksa yang mengirim pesawat ruang angkasa ke eksoplanet. Satu-satunya wahana yang pernah meninggalkan tata surya adalah Voyager 1 dan 2 yang masing-masing memakan waktu 35 dan 41 tahun. Eksoplanet masih lebih jauh dari itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Eksoplanet terdekat akan membutuhkan beberapa puluh ribu tahun untuk dicapai dengan teknologi yang ada saat ini, menurut Frédéric Marin, ahli astrofisika dari Observatorium Astronomi Strasbourg di Universitas Strasbourg. Waktu perjalanan itu mungkin membuat kolonisasi eksoplanet terdengar mustahil, tetapi Marin mengharapkan waktu yang lebih singkat dengan pesawat antariksa yang lebih cepat pula.

Melalui simulasi komputer, Marin menghitung dengan rumus sains bahwa setiap seratus tahun, kecepatan tenaga pendorong akan meningkat 10 faktor. Dengan kata lain, ketika manusia belajar bagaimana melakukan perjalanan lebih cepat dan lebih cepat di ruang angkasa setiap abadnya, potensi waktu perjalanan ke eksoplanet bisa turun dari puluhan ribu tahun menjadi ribuan tahun, kemudian menjadi ratusan tahun saja.

Marin juga menyusun skenario hipotetis untuk mencapai eksoplanet yang setidaknya ramah bagi manusia dalam waktu 500 tahun. Perjalanan yang berlangsung selama berabad-abad masih membutuhkan pesawat ruang angkasa yang dipiloti oleh beberapa generasi manusia. Sebagian besar dari mereka justru tidak akan pernah melihat eksoplanet yang akhirnya dituju.

Simulasi Marin menunjukkan bahwa sekitar 500 orang adalah populasi awal yang cocok untuk mengoperasikan pesawat koloni eksoplanet multigenerasi. Namun, muncul pertanyaan etis terkait bagaimana manusia yang lahir dalam kehidupan perjalanan antarbintang harus menghabiskan seluruh hayat mereka di atas pesawat antariksa, meneruskan misi kolonisasi eksoplanet yang dimulai dari generasi-generasi sebelumnya.

Mengesampingkan semua teori Marin, perubahan iklim dan tantangan berbasis Bumi lainnya bisa saja mendorong kepunahan manusia sebelum para astronom berhasil memecahkan kalkulasi untuk perjalanan antarbintang. Pada akhirnya, tidak ada jaminan manusia akan menjajah eksoplanet di masa depan.

Pilihan editor: Berapa Harga Bumi Jika Dijual? Ini Perkiraannya

NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Rebutan Pamor Jenderal Pensiunan di Pemilu

13 jam lalu

Rebutan Pamor Jenderal Pensiunan di Pemilu

Pemilu kali ini juga tak lepas dari pamer dukungan para purnawirawan.


Elon Musk Ingin X Menjadi Media Sosial Berbayar

4 hari lalu

Logo baru Twitter. REUTERS/Clodagh Kilcoyne
Elon Musk Ingin X Menjadi Media Sosial Berbayar

Elon Musk mengisyaratkan monetisasi X dengan tarif biaya bulanan kepada semua pengguna


Erdogan Rayu Elon Musk Bangun Pabrik Tesla di Turki

6 hari lalu

CEO SpaceX dan Tesla, dan Pemilik Twitter, Elon Musk. REUTERS/Gonzalo Fuentes
Erdogan Rayu Elon Musk Bangun Pabrik Tesla di Turki

Saat bertemu Elon Musk di New York, Erdogan meminta orang terkaya ini membangun pabrik Tesla di Turki.


Pengguna X Premium Bisa Menyembunyikan Tab Likes

7 hari lalu

Logo baru Twitter. REUTERS/Clodagh Kilcoyne
Pengguna X Premium Bisa Menyembunyikan Tab Likes

Pengguna media sosial X dulu Twitter kini bisa menyembunyikan tab Likes miliknya, tapi harus berlangganan


Sejumlah Catatan Dosen UI soal Rencana Investasi Starlink Elon Musk di Indonesia, Singgung Kedaulatan Siber

7 hari lalu

CEO SpaceX dan Tesla, dan Pemilik Twitter, Elon Musk. REUTERS/Gonzalo Fuentes
Sejumlah Catatan Dosen UI soal Rencana Investasi Starlink Elon Musk di Indonesia, Singgung Kedaulatan Siber

Menurut Dosen UI, potensi dan ancaman yang mungkin saja terjadi perlu diperhitungkan terkait rencana investasi Starlink milik Elon Musk di Indonesia.


Puskesmas Akan Dipasang Internet dari Jaringan Satelit Milik Elon Musk, Dosen UI Ini Bilang Begini

8 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) bertemu dengan Elon Musk untuk menjajaki kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Starlink - jaringan satelit Musk - dalam penyediaan akses internet di puskesmas yang berada di daerah terpencil. (ANTARA/HO-Kemenkes)
Puskesmas Akan Dipasang Internet dari Jaringan Satelit Milik Elon Musk, Dosen UI Ini Bilang Begini

Pemerintah Indonesia berencana menjalin kerja sama dengan Elon Musk untuk memberikan akses internet di puskesmas. Apa yang harus dikritisi?


Pemerintah Diminta Hati-hati soal Rencana Investasi Starlink Milik Elon Musk di RI, Ini Sebabnya

8 hari lalu

Parabola Starlink. (PCMag)
Pemerintah Diminta Hati-hati soal Rencana Investasi Starlink Milik Elon Musk di RI, Ini Sebabnya

Perusahaan layanan internet milik Elon Musk, Starlink ramai dikabarkan akan masuk ke Tanah Air. Pemerintah diminta berhati-hati. Kenapa?


Top 3 Dunia: Peluncuran iPhone 15 di Cina hingga Taiwan Semprot Elon Musk

9 hari lalu

IPhone 15 dan iPhone 15 Plus baru ditampilkan selama acara 'Wonderlust' di kantor pusat perusahaan di Cupertino, California, AS, 12 September 2023. Apple merilis seri iPhone terbaru yang terdiri dari iPhone 15 Pro Max, iPhone 15 Pro, iPhone 15 Plus, dan iPhone 15. REUTERS/Loren Elliott
Top 3 Dunia: Peluncuran iPhone 15 di Cina hingga Taiwan Semprot Elon Musk

Top 3 dunia adalah peluncuran iPhone 15, pernyataan Elon Musk membuat Taiwan murka hingga kontestan Miss Ukraina dicoret.


Kecam Komentar Elon Musk Soal Cina, Menlu Wu: Taiwan Tidak Dijual!

10 hari lalu

CEO SpaceX dan Tesla, dan Pemilik Twitter, Elon Musk. REUTERS/Gonzalo Fuentes
Kecam Komentar Elon Musk Soal Cina, Menlu Wu: Taiwan Tidak Dijual!

Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengecam keras Elon Musk yang menyebut Taiwan bagian integral China


Nama Unik Anak-anak Elon Musk, Anak Ketiganya dengan Grimes Bernama Techno Mechanicus

11 hari lalu

Elon Musk dan Grimes tiba di Metropolitan Museum of Art Costume Institute Gala (Met Gala) (7/5/2018). REUTERS/Carlo Allegri (REUTERS/CARLO ALLEGRI)
Nama Unik Anak-anak Elon Musk, Anak Ketiganya dengan Grimes Bernama Techno Mechanicus

Elon Musk mengumumkan kepada publik tentang nama anak ketiganya bersam Grimes, Techno Mechanicus. Nama anak-abak Musk memang unik semua.