TEMPO.CO, Palembang - Meisy, seekor gajah betina di habitatnya di Sugihan-Simpang Heran, Sumatera Selatan, dipasangi perangkat GPS yang dikalungkan di lehernya (GPS Collar). Perangkat pelacak teknologi satelit itu untuk memperkuat upaya mitigasi interaksi negatif Meisy dan kawanannya dengan manusia di wilayah itu.
"Kami sengaja memilih gajah betina dengan pertimbangan selalu berada di dalam kelompoknya. Berbeda dari gajah jantan yang bisa pindah-pindah kelompok," kata Ujang Wisnu Barata, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan, Senin, 15 Mei 2023.
Ujang Wisnu menjelaskan bahwa kantong habitat Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Sugihan-Simpang Heran memiliki luas kurang lebih 632 ribu hektare. Ini adalah kantong populasi Gajah Sumatera terbesar di Sumatera Selatan.
Di dalam kantong habitat itu telah disepakati delineasi Koridor Gajah Liar kurang lebih 232 ribu hektare per 23 Juni 2022 lalu. Keseluruhan areal koridor berada di kawasan Hutan Produksi wilayah konsesi APP Sinar Mas.
“Ini dilakukan agar lebih menjamin penyediaan ruang hidup dan habitat yang cukup dalam menopang kehidupan gajah liar sehingga interaksi negatif gajah liar di wilayah masyarakat dapat dikendalikan,” kata Ujang menjelaskan.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Sumatera Selatan, Sugito, menambahkan bahwa pemanfaatan teknologi Satelit Inmarsat itu untuk memahami pola pergerakan gajah. Harapannya, prinsip koeksistensi antara aktivitas manusia dan kehidupan gajah liar di Sugihan-Simpang Heran bisa terwujud
Pemasangan GPS Collar pada Meisy dilakukan di Areal Kerja Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH), Hutan Tanaman Industri (HTI) PT Bumi Andalas Permai, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Meisy adalah anggota kawanan terdiri dari 13 ekor gajah. Gajah betina tersebut berusia sekitar 25 tahun dan memiliki berat 2.782 kilogram.
GPS Collar Ketiga
Pemasangan GPS Collar ini merupakan yang ketiga pada kelompok gajah yang berada di Sumatera Selatan. Sebelumnya, pada 13 Mei 2022, pemasangan GPS Collar telah dilakukan pada Meilani dan Meissi. Yang pertama berasal dari kawanan 34 ekor dan kelompok Meissi berjumlah 14 ekor.
“Sebagai tanda pengenal di lapangan, tim bersepakat memberi nama gajah betina yang dipasangi GPS Collar tersebut dengan nama Meisy, untuk melengkapi Meilani dan Meissi,” kata Ujang.
BKSDA berkolaborasi dengan sejumlah pihak lain untuk insiatif ini. Antara lain PT OKI Pulp dan Paper Mills, salah satu unit usaha APP Sinar Mas; PT Bumi Andalas Permai (BAP), mitra pemasok APP Sinar Mas; Perkumpulan Jejaring Hutan Satwa (PJHS); Dokter Hewan; Tim Teknis BBKSDA Riau; dan BKSDA Bengkulu.
“Pemasangan GPS Collar ini diharapkan dapat membantu dalam memahami prinsip berbagi ruang hidup manusia-gajah,” kata Jasmine N.P. Doloksaribu, Head of Landscape Conservation APP Sinar Mas.
Pemasangan dilaksanakan selama dua hari, 13-14 Mei 2023. Sebelumnya, pada Jumat, 12 Mei 2023, tim melakukan briefing konsolidasi untuk menyusun rencana dan strategi, membagi tugas, serta memastikan kembali kelengkapan dan kelayakan peralatan.
Tim melanjutkan dengan kegiatan survei dan memastikan gajah target pada Sabtu, 13 Mei 2023. Tim berhasil memasangkan GPS Collar pada Minggu, 14 Mei 2023, pukul 17.05 WIB.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri LHK No P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, gajah sumatera termasuk ke dalam satwa liar dilindungi bersama dengan 786 jenis satwa liar lainnya.
Menurut The International Union for Conservation of Nature's Red List of Threatened Species (IUCN), saat ini gajah sumatera berstatus Critically Endangered (kritis).
Pilihan Editor: UTBK 2023 di Bandung, Ada Peserta Mengaku Tunanetra
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.