TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa hari terakhir nasabah Bank Syariah Indonesia (BSI) resah karena adanya gangguan sistem layanan bank syariah terbesar di Indonesia itu. Cuitan LockBit 3.0 mengaku bertanggung jawab atas gangguan mengenai BSI tersebut. Mereka mengaku telah mencuri 15 juta data pengguna dan mengancam untuk menyebarkannya.
Walaupun belum ada konfirmasi, cuitan tersebut menandakan bahwa masyarakat harus terus mawas diri dengan serangan siber. Serangan perangkat lunak berbahaya ransomware tersebut perlu diantisipasi.
Dosen Teknologi Sains Data Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (Unair), Maryamah, mengakatan bahwa virus tersebut sengaja menyebabkan gangguan baik pada komputer atau jaringan komputer.
“Ransomware merupakan jenis malware yang mengancam untuk mempublikasikan data pribadi korban, mengambil informasi atau memblokir akses secara permanen pada suatu jaringan kecuali peretas mendapatkan uang atau ransom sesuai keinginannya,” ujarnya dilansir dari situs Unair pada Kamis, 18 Mei 2023.
Menurut dia, biasanya peretas akan mengancam pemilik data dengan sejumlah uang. Jika tidak terpenuhi maka peretas akan mempublikasikan data pribadi atau memblokir akses secara permanen pada suatu jaringan.
Pada kasus BSI, peretasan data merupakan data nasabah bank yang berisi informasi rekening, akun mobile banking hingga informasi lain yang telah berisi uang. “Peretas tidak perlu meminta sejumlah uang kepada customer karena dapat langsung menguras isi rekening dari pengambilan data customer,” tambahnya.
Jika peretas meminta tebusan, Maryamah mengatakan sebaiknya tidak langsung diberikan karena tidak memiliki kepastian apakah data akan kembali setelah uang diberikan. Ia menambahkan, ketika peretasan terjadi sebaiknya segera laporkan kepada pihak berwajib agar tim siber dapat segera menangani.
“Beberapa peretas memanfaatkan kondisi psikis dari korban yang panik dengan meminta uang, namun itu bukan solusi yang terbaik,” ungkapnya.
Cara Cegah Peretasan
Ia mengimbau agar masyarakat selalu waspada dalam menggunakan teknologi. Selain itu juga jangan mudah untuk mengakses tautan-tautan asing yang masuk di sosial media. Menurut dia, sistem berbasis komputer sangat rentan diretas jika tidak ada pembaharuan keamanan sistem secara berkala.
"Kita harus mampu menjaga keamanan data dengan cara-cara sederhana, seperti rutin mengubah password secara berkala, hingga memperbaharui software," ujarnya.
Ia juga menambahkan untuk selalu berhati-hati dalam menyebar data-data privasi seperti NIK. “Sering melakukan update perangkat baik smartphone atau laptop. Jangan menggunakan wifi publik yang tidak terpercaya terutama untuk mengakses website atau aplikasi data sensitif seperti mobile banking dan internet banking,” ujarnya.
Pilihan Editor: Cerita Mahasiswa Udinus Sumbang Medali SEA Games 2023: Semua Usaha Terbayarkan