TEMPO.CO, Jakarta - Kekayaan pendiri dan CEO Nvidia Jensen Huang meningkat US$ 6,5 miliar (Rp 97 triliun) pada hari Kamis lalu, 25 Mei 202, dengan nilai saham melonjak 24 persen ke rekor tertinggi berkat laporan pendapatan triwulanan yang mengalahkan analis dan permintaan besar untuk chip yang akan menggerakkan revolusi kecerdasan buatan (AI).
Huang memiliki sekitar 3 persen saham Nvidia, dengan kekayaan bersih sekitar US$ 27,5 miliar saat pasar tutup pada hari Rabu, 24 Mei 2023.
Sementara, Nvidia merilis laporan pendapatan kuartal pertamanya, memperkirakan penjualan sebesar US$ 11 miliar untuk kuartal kedua atau 50 persen lebih tinggi dari perkiraan analis, dan melaporkan laba per saham sebesar US$ 1,09 atau US$ 0,17 lebih tinggi dari yang diperkirakan.
“Industri komputer sedang melalui dua transisi simultan — komputasi yang dipercepat dan AI generatif,” kata Huang dalam siaran pers. Chip Nvidia siap untuk keduanya dan Huang mengatakan perusahaan meningkatkan secara signifikan pasokan untuk memenuhi permintaan yang melonjak.
Itu membantu memicu reli saham untuk saham Nvidia dan bisnis terkait AI lainnya, seperti Advanced Micro Devices dan C3.ai. Setelah seharian melakukan trading, kekayaan Huang sekarang mencapai sekitar US$ 34 miliar atau naik lebih dari 23 persen dalam 24 jam dan cukup untuk menjadikannya orang terkaya ke-37 di dunia, menurut peringkat real-time Forbes.
“Hasil dan panduan Nvidia membuat kami tercengang karena kepemimpinan teknologi dalam AI sedang dimonetisasi dan tampaknya meledak,” tulis analis Cowen yang dipimpin oleh Matthew Ramsay, Kamis, 25 Mei 2023.
Nvidia menang di pasar yang baru lahir untuk unit prosesor grafis, atau GPU, yang memungkinkan mesin menghasilkan gambar yang detail dan bersih dengan proses sangat cepat. Teknologi tersebut memicu pasar game PC ke dalam industri raksasa seperti sekarang ini.
Saat ini, GPU membantu menggerakkan konsol game, kendaraan otonom, dan robotika untuk lebih dari 35.000 pelanggan Nvidia, termasuk Google, Mercedes-Benz, Amazon, dan Meta. "Semakin banyak konten, semakin banyak minat visual, semakin banyak tenaga pemrosesan yang dibutuhkan orang," kata Huang kepada Forbes pada 2007.
Teknologi Nvidia telah menjadi sangat penting dalam perusahaan yang digerakkan oleh AI; chip yang menggerakkan AI generatif sangat penting untuk layanan baru seperti ChatGPT atau Google Bard. Chip berdaya tinggi ini memiliki kekuatan pemrosesan yang lebih tinggi daripada kebanyakan chip yang ada di pasaran, membuatnya mampu memproses asupan data yang lebih besar dan lebih rumit.
“Kami melihat pesanan luar biasa untuk memperlengkapi kembali pusat data dunia. Jadi saya pikir Anda melihat awal, sebut saja, transisi 10 tahun untuk mendaur ulang atau mengklaim kembali pusat data dunia dan membangunnya sebagai komputasi yang dipercepat," kata Huang.
"Anda akan memiliki perubahan yang cukup dramatis dalam pengeluaran pusat data dari komputasi tradisional dan untuk mempercepat komputasi dengan SmartNIC, smart switch, tentu saja GPU, dan beban kerja akan didominasi oleh AI generatif," tambahnya.
Nvidia, yang sekarang membanggakan kapitalisasi pasar sebesar US$ 950 miliar, hampir menjadi perusahaan keenam yang mencapai angka US$ 1 triliun, klub elit yang hanya terdiri dari Apple, Microsoft, Saudi Aramco, perusahaan induk Google, Alphabet, dan Amazon.
FORBES | THE VERGE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.