TEMPO.CO, Jakarta - Hujan masih berpotensi mewarnai hari-hari di wilayah Jawa bagian barat sampai pertengahan pekan depan. Sebabnya, masih ada sirkulasi siklonik atau vorteks yang terbentuk di Samudera Hindia seperti yang berada di balik hujan awet sepanjang hari pada Jumat 16 Juni 2023.
Vorteks terkini berada dekat Sumatera bagian selatan. Vorteks itu diperkirakan berperan mengakumulasi kelembapan, dan pusaran angin yang terbentuk berperan mentransfer kelembapan itu ke arah Jawa bagian barat.
"Sehingga masih ada potensi pembentukan hujan di wilayah Jawa bagian barat hingga dasarian II Juni 2023," kata peneliti klimatologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin. Sabtu 17 Juni 2023. Dia menambahkan, "Jadi sampai tanggal 20-21 Juni masih ada potensi hujan."
Sirkulasi siklonik atau vorteks itu sendiri, Erma menyatakan, harus terus dipantau untuk potensinya tumbuh semakin kuat atau besar. Dan apabila mendekati daratan, dia menerangkan, bisa menimbulkan angin kencang disertai badai squall line atau badai yang membentuk kelurusan sepanjang 250 kilometer. Ujung-ujungnya sama, hujan yang persisten.
Sebelumnya, Erma menerangkan bahwa Meso-scale Convective System, penyebab hujan awet di Jabodetabek pada Jumat, telah meluruh sepenuhnya. MCS adalah sistem klaster awan badai gabungan yang dibentuk dari awan kumulonimbus yang sangat besar dan luas. Vorteks di Samudera Hindia di barat daya Selat Sunda berada di penjalaran MCS tersebut.
Hujan, terlebih yang persisten, menjadi fenomena di masa sekarang kala sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau yang bahkan disertai El Nino. BRIN, seperti halnya BMKG, telah mengungkap El Nino lemah hingga moderat pada bulan ini dan berpotensi semakin kuat pada Juli dan Agustus nanti. Peringatan dini telah diberikan untuk musim kemarau yang lebih kering daripada normalnya.
Pilihan Editor: Gambar Resmi Pertama Ponsel Samsung Galaxy Z Fold5 dan Flip5