Meski demikian, WHO siap membuat vaksin baru yang mampu menangkal penyebaran virus flu A/H1N1--lembaga dunia itu memutuskan untuk tidak lagi menggunakan istilah flu babi. "Kami yakin pembuatan vaksin yang ampuh itu bisa dilakukan," katanya. "Perlu waktu empat sampai enam bulan untuk membuat dosis pertama."
Kieny menyatakan sampel yang dibutuhkan untuk memproduksi vaksin flu A siap dikirim ke produsen vaksin pada pertengahan atau akhir Mei.
Di Chicago, para ilmuwan di dua laboratorium tengah menyiapkan kedatangan sampel darah korban flu mematikan itu dari Meksiko untuk membuat serum yang kemungkinan bisa menawarkan perlindungan dari virus baru tersebut. "Ini ilmu darurat," kata Patrick Wilson dari University of Chicago.
Wilson dan rekannya, Rafi Ahmed, seorang pakar vaksin di Emory University di Atlanta, berharap dapat mengembangkan cara baru untuk bisa memproduksi protein pencegah infeksi yang tepat sasaran yang disebut antibodi monoclonal dalam waktu singkat.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, tahun lalu, keduanya menunjukkan bahwa cukup dengan beberapa sendok makan darah, mereka bisa membuat antibodi influenza dalam waktu sebulan. Mereka memperkirakan antibodi monoclonal, sejenis antibodi yang direkayasa secara khusus untuk menyerang protein tertentu, dapat berguna untuk melindungi para petugas kesehatan dalam pandemi influenza sampai vaksin selesai dibuat.
Ketika sampel darah tiba, tim tersebut akan mengisolasi tipe sel sistem kekebalan tubuh imunitas yang dikenal dengan sel plasma penghasil antibodi. Sel itu memproduksi antibodi sebagai bagian dari respons awal terhadap infeksi. Dengan menggunakan sel tersebut, para ilmuwan bisa membuat antibodi yang tepat sasaran terhadap strain flu baru itu. "Dalam beberapa pekan sejak kami menerima darah itu, mungkin kami dapat membuat sesuatu yang bermanfaat," kata Wilson.
Sebelum digunakan langsung pada manusia, antibodi itu akan dikirimkan ke Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) untuk menguji apakah antibodi itu mampu menghadang virus dari sel terinfeksi yang ditumbuhkan dalam laboratorium. Pada tahap awal, CDC berencana menggunakan antibodi itu sebagai perangkat tes diagnostik cepat yang bisa segera mengidentifikasi virus baru tersebut tanpa memerlukan perlengkapan laboratorium rumit untuk mencocokkan rangkaian genetisnya.
Setelah itu, barulah antibodi itu dapat digunakan dan disuntikkan kepada orang yang telah terpapar virus. "Jika mereka menemukan bahwa antibodi ini benar-benar bagus untuk menetralisasi flu ini, ada potensi antibodi ini dipakai untuk terapi," kata Wilson. Dia mengatakan terapi antibodi itu hanya menawarkan kekebalan sementara, tapi bisa dibuat jauh lebih cepat dibanding vaksin yang butuh empat sampai enam bulan.
Pada saat ini, kasus flu A atau flu babi dilaporkan telah meluas ke 16 negara dengan 658 kasus positif. Virus H1N1 itu telah menewaskan lebih dari 176 orang, tapi hanya satu yang meninggal di luar Meksiko. Balita asal Meksiko yang hampir berusia dua tahun itu meninggal ketika berkunjung ke Texas, Amerika Serikat.
Di Meksiko saja, jumlah kasus flu A positif mencapai 397, 16 di antaranya meninggal dunia. Sedangkan di Amerika Serikat, jumlah kasus positif meningkat menjadi 160 kasus flu A pada manusia.
Selain di Meksiko dan Amerika Serikat, 14 negara lain yang melaporkan ditemukannya kasus flu A positif adalah Austria (1), Kanada (51), Cina, Hong Kong (1), Kosta Rika (1), Denmark (1), Prancis (2), Jerman (6), Israel (3), Belanda (1), Selandia Baru (4), Korea Selatan (1), Spanyol (13), Swiss (1), dan Inggris (15).
TJANDRA DEWI | REUTERS | WHO