Tak masalah bagaimana Anda menyebutnya, namun ilmuwan terkemuka dunia menyatakan virus yang telah menghinggapi 20 negara itu adalah virus babi. Pernyataan para pakar ini berbeda dengan pemerintah Amerika Serikat dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menghindari penggunaan kata "babi" dan memilih menyebut wabah yang merebak ini sebagai "flu A" atau "flu H1N1".
Para ilmuwan yang melacak warisan genetis virus tersebut mengatakan, bila sebagian besar materi genetik virus itu adalah babi dan induknya adalah virus babi, layaklah bila virus itu menyandang nama flu babi. Enam dari delapan segmen genetik strain virus itu murni flu babi serta dua segmen lainnya adalah burung dan manusia, tapi sudah hidup dalam tubuh babi selama dekade terakhir, kata Dr Raul Rabadan, dosen biologi komputasional di Columbia University.
Sebuah analisis pendahuluan memperlihatkan bahwa induk genetik terdekat virus baru itu adalah strain flu babi dari Amerika Utara dan Eurasia, kata Rabadan.
"Secara ilmiah itu adalah virus babi," kata ahli virologi terkemuka, Richard Webby, peneliti di St. Jude Children's Research Hospital di Memphis. Webby adalah Direktur Pusat Kerja Sama WHO untuk Studi Ekologi Virus Influenza pada Burung dan Binatang Rendah. Dia mendokumentasikan penyebaran salah satu induk strain virus itu 10 tahun lalu.
Henry Niman, Presiden Recombinomics, sebuah perusahaan Pittsburgh yang melacak bagaimana perubahan virus itu, mengatakan, "Itu jelas virus babi. Itu adalah virus flu dari seekor babi, tak ada nama lain untuk menyebutnya."
Namun, pejabat kesehatan pemerintah mengatakan hal sebaliknya. "Kami tak tahu dari mana asal virus itu," kata Michael Shaw, Direktur Laboratorium Sains untuk Centers for Disease Control and Prevention (CDC). "Semua orang menyebutnya flu babi, tapi istilah yang lebih tepat adalah mirip babi," ujarnya. "Virus itu mirip dengan virus yang kita jumpai pada babi, tapi itu bukan yang kita lihat ada dalam binatang tersebut."
TJANDRA DEWI | AP