Pada April lalu, Garcia kembali ke Hutan Montserrat. Direktur di Departemen Herpetologi, Durell Wildlife Conservation Trust--organisasi konservasi yang berbasis di Inggris, itu sedih menemukan lembah-lembah kosong, sepi. Kodok-kodok, yang dulu pernah membuat suasana malam di sana begitu hidup, didapatinya kalau tidak menjadi bangkai, ya, hidup sekarat.
Garcia meraung hebat dan menegaskan bahwa spesies kodok raksasa (berat badan 0,9 kilogram, terbesar di dunia, dengan tubuh yang bisa selebar pantat wajan) telah dihajar infeksi jamur cytrid yang sangat virulen. Tanda-tandanya sangat jelas: kodok-kodok menjadi lesu, sawan, dan sesak napas karena kulitnya yang penting sebagai organ pernapasan menebal.
Kabar serangan infeksi jamur cytrid semakin tegas setelah infeksi jamur yang sama sudah dipastikan membuat kehancuran populasi kodok ayam gunung di Dominika, pulau tetangga, paripurna sejak 2002. Garcia langsung menggalang kerja sama dengan petugas dari Dinas Kehutanan setempat mengevakuasi populasi kodok Montserrat yang ditemukan masih sehat.
Mereka masuk ke jantung hutan yang diperkirakan belum terjamah Chytridiomycosis, si jamur sialan. Untuk menyelamatkan kodok-kodok itu, beberapa ekor di antaranya dimandikan dengan antijamur. Beberapa lainnya dicokok, lalu diterbangkan ke daratan Eropa dalam sebuah misi senilai US$ 14 ribu. Di kedua tempat yang baru ini, kodok-kodok ayam gunung tinggal di ruang-ruang yang terproteksi rapat dan memiliki variasi suhu yang terkontrol. Mereka menjadi kodok kota yang sangat dirawat.
Total 50 ekor sudah menjalani evakuasi itu dengan Zoological Society London (ZSL) dan markas Durrell Wildlife Conservation Trust di Jersey, Pantai Normandia, Prancis, masing-masing menyediakan tempat bagi 12 ekor. Sisanya, 26 ekor, diarahkan ke Kebun Binatang Parken di Stockholm, Swedia.
Rencananya, misi akan menyelamatkan sebanyak mungkin kodok dari Montserrat. "Saat ini kami berada dalam sebuah situasi ketika spesies ini bisa punah selamanya," kata Garcia tentang pentingnya misi yang sedang dijalankan.
Populasi kodok ayam gunung saat ini memang diperkirakan tinggal tersisa beberapa ribu ekor saja. Tak perlu direcoki jamur cytrid, kehidupan kodok-kodok bersuara lantang bak gonggongan anjing itu sudah lebih dulu tertekan oleh perburuan.
Lidah manusia setempat yang mencitarasakan dagingnya seperti daging ayam menjadi sumber malapetaka selain letusan gunung api yang senantiasa mengancam habitatnya. Dan kali ini akibat serangan infeksi jamur cytrid, Andrew Cunningham, ilmuwan senior di Zoological Society of London, mengungkapkan, telah membuat kodok ayam gunung sudah punah secara virtual di Montserrat.
Sebanyak 300 bangkai sudah dikumpulkan dari sana dan ratusan lainnya diyakini masih akan ditemukan sejak jamur merebak akhir Februari lalu. "Chytridiomycosis telah melenyapkan kodok ayam gunung di Dominika dan dalam beberapa minggu saja sudah menyebabkan kematian besar di Montserrat," kata Cunningham sambil menambahkan dari hari ke hari populasi kodok yang masih bertahan terus berkurang.
Keganasan infeksi jamur cytrid pula yang belakangan dituding bertanggung jawab untuk merosotnya populasi 100 spesies amfibi global--beberapa di antaranya "sukses" menjadi punah--yang membuat John Fa, Direktur Konservasi di Durrell Wildlife Conservation Trust, merestui aksi nekat evakuasi kodok dari Monstserrat. "Karena kami tahu berdasarkan pengalaman spesies lainnya, jamur ini mampu memusnahkan seluruh populasi kodok," katanya.
WURAGIL/ZSL/WILDLIFEEXTRA/AP