TEMPO Interaktif, Jakarta:Sekitarseribu ahli dalam dan luar negeri menjadi peserta International Ocean Science, Technology, and Policy Symposium 2009. Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi membuka simposium yang berlangsung Selasa (12/5) hingga 14 Mei di Manado Convention Center, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Gelar acara ilmiah yang menjadi bagian penyelenggaraan World Ocean Conference 2009 menghadirkan 460 pembicara dengan 31 topik tentang kelautan yang berbeda, mulai dari fisik, biologi, teknologi, sosial dan ekonomi. "Tujuan dari simposium ini adalah untuk berbagi informasi di antara para ilmuwan, manajer, praktisi, pengusaha, dan pengambil kebijakan," kata Freddy.
Banyak pihak berharap acara ini menghasilkan temuan dan memberi perspektif baru tentang manfaat laut dan perubahan iklim. Menurut Freddy, hasil simposium akan jadi bahan masukan bagi pemimpin dan tokoh terkemuka d dunia yang menghadiri WOC 2009. '09. Freddy berharap hasil simposium berguna dan berdampak bagi keberlangsungan ekosistem laut.
Emil Salim, pakar lingkungan kelautan, memberikan pengantar simposium. Dia memaparkan studi terbaru Asian Development Bank tentang dampak perubahan iklim bagi kawasan Asia Tenggara.
Menurut dia, ada interaksi antara tiga faktor, yaitu atmosfer, sirkulasi laut dan efek hidrologi. Dinamika diantara tiga faktor itu menghasilkan el nino, el nina dan bentuk perubahan iklim lainnya, khususnya di Samudra Pasifik dan Samudra India. "Kita butuh sains dan teknologi untuk memahaminya," kata Emil yang menjadi Ketua Delegasi Indonesia pada Conference of Parties atau KTT PBB tentang Perubahan Iklim di Bali, Desember 2007.
Emil menjelaskan, harus ada keseimbangan antara ekonomi, sosial dan lingkungan. Paradigma antroposentrisme selama ini telah menghancurkan lingkungan dan menyebabkan terjadi pencemaran serta kerusakan alam lainnya.
"Kita harus ubah jadi paradigma ekosentrisme yang menjaga keseimbangan antara aktivitas manusia dan alam," ujarnya. Menurut Emil, kearifan lokal di Tanah Air sudah mengajarkan keseimbangan itu, baik di kebudayaan Minangkabau, Bali, Minahasa, Maluku dan lainnya.
Emil berharap para ilmuwan yang berkumpul di WOC mampu merumuskan perangkat untuk mengetahui peran laut dalam perubahan iklim. Selain itu juga strategi adaptasi dan mitigasi menghadapi dampak negatif fenomena global ini. Indonesia, katanya, memiliki peran penting karena merupakan negara kepulauan, memiliki pantai yang panjang dan ribuan pulau kecil.
UNTUNG WIDYANTO