TEMPO.CO, Jakarta - Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menanggapi isu keretakan hubungan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KKIR. Ia mengatakan, koalisi masih dalam kondisi solid.
“Inikan masih panjang waktunya, pokoknya PKB sama Partai Gerindra masih solid. Saya dukung Pak Prabowo Subianto, masih jalan,” kata Cak Imin usai acara Haul Gusdur ke-14 di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB, Jakarta Pusat, pada Kamis, 4 Agustus 2023.
Kabar renggangnya hubungan PKB dengan KKIR makin kuat berembus karena Prabowo belum memberi kepastian mengenai bakal calon wakil presiden (cawapres). PKB berupaya menduetkan Prabowo dengan Cak Imin sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden. Partai politik (parpol) berlambang bola dunia dan sembilan bintang itu terus mendesak Gerindra untuk menentukan pasangan capres-cawapres dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
Lantas, bagaimana riwayat karier dan pendidikan Cak Imin?
Riwayat Pendidikan Cak Imin
Berdasarkan laman resmi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Abdul Muhaimin Iskandar mengawali pendidikan dasar di SD Mamba’ul Maarif Denanyar Jombang dan lulus pada 1979. Kemudian, ia melanjutkan sekolah ke tingkat menengah di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 1 Jombang (1982) dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Yogyakarta (1985).
Pria kelahiran 24 September 1966 itu kemudian menimba ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pengetahuan (FISIP) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan lulus pada 1991. Cak Imin kemudian meneruskan kuliah ke jenjang pascasarjana hingga meraih gelar magister komunikasi dari Universitas Indonesia (UI) pada 1998.
Selama di bangku kuliah, pria kelahiran Jombang itu aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Adapun jabatan yang pernah diembannya, yaitu Ketua Korps Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial UGM, Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Wakil Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), dan Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar (PB) PMII 1994-1997.
Cak Imin juga memperoleh gelar doktor kehormatan atau honoris causa dari Universitas Airlangga (Unair) pada 3 Oktober 2017. Rektor Unair M. Nasih saat itu mengklaim Cak Imin telah berkontribusi terhadap kebhinekaan Indonesia.
Tiga buku terakhir yang diterbitkannya dijadikan dasar utama untuk memberi gelar honoris causa. “Buku-bukunya bisa mengilhami semua untuk mengelola dan merawat kebhinekaan,” kata Nasih di Aula Garuda Mukti Unair, Selasa, 3 Oktober 2017.
Rekam Jejak Karier Cak Imin
Setelah menuntaskan pendidikan tinggi, Abdul Muhaimin Iskandar mengawali kariernya sebagai Kepala Lembaga Peneliti dan Pengembangan Tabloid Detik pada 1994. Ia juga pernah menjadi staf pengajar di Pesantren Denanyar Jombang dan sekretaris di Yayasan Semesta Ciganjur. Ia juga sempat bekerja di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKSI) Yogyakarta serta organisasi nirlaba Helen Keller International (HKI).
Pria penerima tanda kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2009 itu pernah menjabat Sekretaris Jenderal DPP PKB periode 1992-2002. Dia juga dipilih sebagai Ketua Dewan Tanfidziah (2002-2007) dan akhirnya menjadi pimpinan tertinggi.
Pada 1999, Cak Imin mengikuti pemilihan calon legislatif (caleg) dan berhasil menempati satu kursi hingga 2009. Kemudian, dia dipercaya menjadi Wakil Ketua DPR RI. Pekerjaannya sebagai wakil rakyat daerah pemilihan (Dapil) Jawa Timur VIII terus berlanjut hingga 2019.
Pada 2018, Abdul Muhaimin Iskandar sempat bergeser posisi menjadi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI dan kembali dipilih sebagai Wakil Ketua DPR RI periode 2019-2024 untuk mendampingi Puan Maharani.
MELYNDA DWI PUSPITA
Pilihan Editor: Syarat Pendaftaran Kedokteran UPI yang Dibuka Mulai Hari ini