TEMPO.CO, Jakarta - Nafas, perusahaan pemantau kualitas udara berbasis teknologi, merilis laporan kualitas udara Juli 2023 yang mengalami peningkatan polusi. Laporan setebal 68 halaman yang dirilis 10 Agustus 2023 itu mengungkap lonjakan polusi di bulan Juli yang 12 kali dari batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Piotr Jakubowski, Co-founder & CGO Nafas mengatakan di bulan Juli polusi udara kembali naik dan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. "Melihat buruknya kualitas udara, diperkirakan jumlah orang dewasa dan anak yang masuk rumah sakit juga meningkat,” ujarnya.
Baca juga:
Data Nafas berasal dari low cost sensor yang tersebar di lebih dari 180 titik lokasi dan merepresentasikan cakupan wilayah 1-2 kilometer dari lokasi sensor terpasang. Data kualitas udara yang diterima secara real time dan bisa diakses di aplikasi Nafas.
Alat sensor melakukan pengukuran berdasarkan partikel PM2.5 berukuran 2,5 mikrometer dan berdasarkan standar WHO. Pengukuran dalam satuan µg/m3. PM2.5 adalah partikel padat polusi udara berukuran kurang dari 2,5 mikrometer atau 36x lebih kecil dari diameter sebutir pasir.
Peringkat kota berdasarkan polusi PM2,5 tertinggi di bulan Juli 2023. (Nafas)
Berdasarkan tingkat polusi PM 2,5 tertinggi di bulan Juli 2023, posisi kota dengan polusi teratas adalah Tangerang Selatan dengan tingkat polusi 60 µg/m3 dan menjadi satu-satunya kota di kategori tidak sehat.
Selanjutnya adalah Bekasi (55 µg/m3), Bogor (53µg/m3), Tangerang (52µg/m3), Depok (51µg/m3), DKI Jakarta (47µg/m3), Bandung Raya (44 µg/m3), Semarang (40µg/m3), Surabaya (38µg/m3), Yogyakarta (31 µg/m3), Malang (30 µg/m3), Kep. Seribu (20 µg/m3), Bali (15 µg/m3) dan Belitung (14 µg/m3). Sedangkan, pedoman WHO pada 5 µg/m3.
Polusi di Tangerang Selatan
Nafas menjelaskan bahwa selama tiga bulan berturut-turut Tangerang Selatan menjadi kota paling berpolusi di jaringan sensornya. Dibandingkan bulan Juni, rata-rata PM 2,5 mengalami peningkatan dari 56 µg/m3 menjadi 60 µg/m3. Selain itu, tingkat polusi 28 persen lebih buruk dari DKI Jakarta. Adapun lima lokasi terburuk adalah Serpong (80 µg/m3), Babakan (70 µg/m3), Pamulang (65 µg/m3), Ciater (64 µg/m3) dan Lengkong Gudang Timur (63 µg/m3).
Polusi di Bekasi
Secara umum, kualitas udara di Bekasi 17 persen lebih buruk dari DKI Jakarta. Berikut urutan lima lokasi terpolusi: Tarumajaya (79 µg/m3), Tambun Selatan (63 µg/m3), Mekarsari (61 µg/m3), Jatiwaringin (58 µg/m3) dan Cikarang Selatan (52 µg/m3)
Polusi di Bogor
Bogor yang kerap disebut tempat yang lebih sehat dan segar dibanding udara Jakarta, nampaknya tidak tercermin pada data ini. Pada bulan Juli 2023 tingkat polusi 14 persen lebih buruk dari DKI Jakarta. Berikut lima besar lokasi terpolusi: Parung Panjang (70 µg/m3), Gunung Sindur (67 µg/m3), Cipenjo (64 µg/m3), Ciangsana (61 µg/m3) dan Bogor Barat (52 µg/m3).
Polusi di Tangerang
Inilah urutan keempat paling berpolusi dengan rata-rata 12 persen lebih buruk dari DKI Jakarta. Panunggangan Utara memiliki polusi tertinggi, yaitu 67 µg/m3 atau 13 kali di atas pedoman WHO. Selanjutnya, Lengkong Kulon (57 µg/m3), Cipadu (55 µg/m3), Sampora (52 µg/m3) dan Cipondoh (51 µg/m3).
Polusi di Depok
Sepanjang bulan Juli, hanya Cipayung yang memiliki kualitas udara yang cukup baik. Secara keseluruhan tingkat polusi 9 persen lebih buruk dari DKI Jakarta. Lima besar lokasi terpolusi: Bedahan (68 µg/m3), Grogol (64 µg/m3), Tanah Baru (59 µg/m3), Cinere (51 µg/m3) dan Mekarsari Depok (45 µg/m3).
Polusi di Jakarta Timur
Jakarta Timur kembali menjadi satu-satunya kotamadya dengan kualitas udara lebih buruk 15 persen dari rata-rata DKI Jakarta. Lima lokasi terburuk: Cipayung (67 µg/m3), Cibubur (65 µg/m3), Cakung (57 µg/m3), Condet (56 µg/m3) dan Jatinegara (55 µg/m3).
Polusi di Jakarta Barat
Menurut data Nafas, Jakarta Barat memiliki tingkat polusi yang sama dengan rata-rata PM 2,5 di DKI Jakarta. Perhatian utama ditujukan pada Semanan, Kembangan dan Palmerah yang rata-rata kualitas udaranya selama bulan Juli lalu masuk di kategori tidak sehat. Inilah lima lokasi terpolusi: Semanan (65 µg/m3), Kembangan Selatan (63 µg/m3), Palmerah (56 µg/m3), Pegadungan (52 µg/m3) dan Duri Kepa (50 µg/m3)
Apa kabar wilayah Jakarta lainnya? Bergembiralah karena memiliki data polusi yang lebih baik dari rata-rata polusi di DKI Jakarta. Urutannya, Jakarta Selatan (3 persen lebih baik), Jakarta Pusat dan Jakarta Utara sama-sama berada 4 persen lebih baik dari rata-rata DKI Jakarta.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.