TEMPO.CO, Jakarta - Saat perguruan tinggi menjalankan orientasi studi dan pengenalan kampus atau Ospek, para mahasiswa baru di berbagai wilayah Indonesia pertama kali berkenalan dengan lingkungan kampusnya. Memasuki lingkungan baru seperti ini sering kali muncul culture shock atau gegar budaya bagi sebagian besar orang.
Dosen Psikologi Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Siti Jaroah, mengatakan bahwa culture shock merupakan perasaan terkejut, bingung, dan kadang cemas yang dirasakan seseorang ketika baru berada dalam lingkungan atau budaya yang berbeda.
Dia mengungkapkan bahwa perasaan ini ternyata merupakan hal yang wajar dan pasti dialami mahasiswa baru ketika awal-awal masuk kampus atau ikut kuliah.
“Semua maba mengalami yang namanya culture shock. Hanya saja setiap mahasiswa memiliki taraf kekagetan yang berbeda-beda,” ucap dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) itu, dikutip dari situs Unesa pada Jumat, 18 Agustus 2023.
Menurutnya, terdapat berbagai macam culture shock yang akan dialami mahasiswa baru. Mulai dari makanan, pergaulan, cara berpakaian, lingkungan, bahkan semua hal di sekitar juga dapat menjadi pemicu culture shock.
Siti menyebutkan beberapa kiat yang bisa dilakukan mahasiswa baru agar tidak berlarut-larut dalam perasaan gegar budaya.
Pertama, mahasiswa baru harus berpikiran terbuka untuk mempelajari hal baru di lingkungan baru, serta berdamai dengan keadaan itu. Pola pikir ini bisa meringankan beban mental ketika seseorang menghadapi kondisi yang mungkin saja tidak sesuai harapan.
“Mahasiswa baru harus siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Karena dengan bersikap open-minded, seseorang akan siap dan lebih mudah mempelajari lingkungan dan hal-hal baru,” ucapnya.
Kedua, tidak membandingkan terlalu jauh antara lingkungan baru dengan lingkungan asal. Menurut Siti, sikap ini cenderung membuat mahasiswa baru protes dengan lingkungan baru dan lama-kelamaan berpotensi menarik diri dari lingkungan atau berdiam diri di kost atau kontrakan.
Ketiga adalah mahasiswa baru perlu cepat bersosialisasi. Dengan begitu, seseorang bisa cepat masuk dalam lingkungan pertemanan baru. Hal ini akan sangat membantu seorang mahasiswa baru dalam beradaptasi di masa-masa awal kuliah.
Sosialisasi ini bisa dimulai dari mengenali sesama mahasiswa baru dari kampus atau daerahnya, bisa juga dengan sesama fakultas atau prodi.
Keempat, ambil bagian dalam kegiatan positif. Untuk memudahkan sosialisasi dan menambah pertemanan di kampus, mahasiswa baru bisa mengikuti berbagai kegiatan yang disediakan di kampus. Dengan ini, seorang mahasiswa baru bisa cepat menambah kenalan dan teman-teman satu kampus.
Kelima, eksplorasi wilayah kampus dan sekitarnya. Misal, mahasiswa baru yang gemar minum kopi bisa mengunjungi warung kopi yang ada di sekitar kampus bersama mahasiswa baru lainnya. Selain itu, mahasiswa baru juga bisa menelusuri tempat diskusi, taman baca, maupun tempat makan di sekitar kampus.
Keenam, mahasiswa baru disarankan punya tujuan ketika masuk kampus. Siti menganjurkan tujuan itu disederhanakan dalam bentuk beberapa target. Target tersebut dapat berupa pencapaian IPK, frekuensi belajar, dan sebagainya. Dengan memiliki tujuan, mahasiswa cenderung memiliki visi ke depan dan memiliki tekad yang tidak mudah goyah.
Pilihan Editor: Jahit Baju untuk Presiden Jokowi, Siswi SMKN 4 Jambi Pergi ke Istana Negara