Jalan Ciputat Raya jadi pilihan. Memang, untuk memilih jalan itu, ia hanya mengandalkan intuisi. "Karena biasanya jalan itu lebih lancar," ujarnya. Sayang, intuisinya ternyata meleset. Jalan tersebut macet parah. "Saya nggak mengira," ujarnya sambil menggerutu setibanya di kantor. Beruntung, ia tak sampai dimarahi bosnya lantaran telat.
Pengalaman Dewi tentu sering dialami banyak warga Jakarta. Maksud hati ingin menghindari macet, tapi malah terjebak kemacetan. Nah, belum lama ini telah diluncurkan situs layanan yang menyediakan informasi lalu lintas untuk pengguna jalan. Namanya Lewat Mana (http://lewatmana.com).
Baca Juga:
Tujuan dibuatnya portal layanan ini memang untuk memberi sebanyak mungkin informasi lalu lintas di Jakarta. "Saat ini problem utama di Jakarta adalah kemacetan," kata Hendry Soelistyo, sang pendiri Lewat Mana. Ia dibantu dua rekannya, Ronny Heryanto untuk bidang teknologi dan Alex Liem untuk pemasarannya. Melalui layanan ini, pengguna tidak hanya disajikan informasi, tapi juga diberi kesempatan untuk berbagi informasi dengan pengguna lain.
Hendry memanfaatkan komunitas jejaring sosial yang kini menjamur di Indonesia, seperti Facebook dan Twitter. "Karena pendekatannya adalah ke komunitas-komunitas, kami mendorong semua komunitas itu untuk ikut berkontribusi," ujar pemilik Trafficlive Asia, perusahaan penyedia layanan ini, tersebut. Karena itulah Lewat Mana menyediakan fitur Facebook connect agar pengguna bisa langsung berbagi informasi lalu lintas dengan akun Facebooknya.
Selain bisa men-submit informasi, pengguna dapat melihat kondisi lalu lintas di lokasi melalui fasilitas kamera. Sayangnya, Lewat Mana baru menyediakan fasilitas kamera di 14 lokasi di Jakarta, Tangerang, dan Depok. Selain melihat kondisi lalu lintas via kamera, secara bersamaan pengguna bisa melihat peta lokasi tersebut.
Sesuai dengan kondisinya, aplikasi peta dari Google ini akan diberi tanda-tanda khusus. Jika berwarna merah, berarti jalan itu sedang macet. Warna hijau artinya lancar, biru ramai lancar, dan ungu padat merayap.
Fitur informasi visual inilah yang akan dikembangkan. Kamera tidak hanya dipasang di jalan-jalan utama, tapi juga di jalan-jalan alternatif. Karena itu, pihaknya menawarkan kerja sama kepada siapa pun, misalnya perusahaan pemilik gedung atau apartemen, untuk memasang kamera web di atas gedung yang menghadap ke jalan. Syaratnya cuma satu: tempat itu terkoneksi dengan Internet.
"Siapa pun bisa mengunggah fasilitas kamera di server kami untuk bisa ikut menampilkan kondisi jalan," kata pria 39 tahun tersebut. Kerja sama juga telah dilakukannya untuk 14 lokasi yang kini telah dipasangi kamera. Tentu saja pemasang kamera ikut diuntungkan, karena ikut dipromosikan melalui layanan ini.
Pihaknya juga akan mengembangkan fitur sharing. Dengan fitur ini, kata Hendry, pengguna bisa ikut mendefinisikan jalan alternatif yang ditawarkan ke pengguna lain. "Semua fitur arah yang ada di peta nantinya akan bekerja sama dengan Google." Hendry juga membuka kemungkinan jika ada yang ingin menempatkan kamera di luar Jakarta atau kota besar lain.
Pengguna juga bisa mengakses layanan ini melalui ponsel. Untuk memudahkan pengguna, semua ponsel, asalkan sudah terkoneksi Internet, bisa mengakses Lewat Mana di m.lewatmana.com. dan dari semua browser alias peramban mobile. Namun, saat ini pengguna ponsel masih belum bisa melihat kondisi lalu lintas secara langsung lewat fasilitas kamera. "Bisa, tapi harus download video player dulu, itu kan ribet. Jadi Kami masih mencari cara paling tepat."
Hendry menginginkan portal ini menjadi layanan informasi yang mudah digunakan kelak. "Sehingga, seperti namanya, pengguna bisa segera membuat keputusan mau lewat mana," ujarnya. Dan pemakai jalan seperti Dewi tak lagi cuma mengandalkan intuisi.
Dimas