Untuk mengetahuinya, orang harus paham dulu apa yang sebenarnya dimaksud dengan makanan atau produk organik. "Makanan organik adalah produk pangan yang dipelihara tanpa penggunaan bahan kimia apa pun, baik pestisida ataupun pupuk kimia," kata Ashley Mullins, konsultan diet di Baylor All Saints Medical Center di Fort Worth, Amerika Serikat. "Tanaman itu juga tidak boleh diproses menggunakan iradiasi atau penambahan hormon."
Mullins menyarankan orang mengecek label produk organik apa pun untuk mengetahui dengan pasti apa yang bakal dikonsumsinya. Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), semua produk berlabel "100 persen organik" hanya boleh mengandung unsur organik dengan pengecualian air dan garam. Sedangkan produk berlabel "organik," unsur organiknya harus mencapai sedikitnya 95 persen. Produk yang dibuat dengan setidaknya 70 persen unsur organik hanya diizinkan memberi label produknya dengan "dibuat menggunakan unsur organik".
Mengingat harga makanan organik yang bisa mencapai dua sampai tiga kali lipat makanan biasa, orang harus hati-hati agak tidak tertipu dengan produk biasa atau hanya separuh organik yang diberi label organik. "Selain mahal, mungkin saja makanan itu tidak lebih baik bagi Anda," kata Mullins. "Dari sisi nutrisi, belum banyak riset yang menunjukkan bahwa makanan organik lebih bernutrisi. Tingkat pestisida yang saat ini dipakai belum membahayakan."
Dia mengingatkan yang terpenting adalah mengkonsumsi lima porsi sayur dan buah setiap hari. "Baik organik ataupun tidak," kata Mullins.
Bila anggaran yang tersedia tak memungkinkan untuk membeli semua produk organik, Environmental Working Group menyarankan agar konsumen tetap memilih apel, seledri. ceri, anggur, selada, nectarine, peach, stroberi, dan paprika manis berlabel organik. Deretan buah dan sayuran ini dianggap sebagai 10 pengguna pestisida terburuk.
TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY