TEMPO Interaktif, Jakarta: Meski ponsel pintar semakin digemari, namun operator CDMA kesulitan menjuan perangkat ini.Hal ini diungkapkan oleh presiden direktur PT. Mobile-8 Tbk.
“Pasar CDMA bentuknya terlanjur turun ke segmen bawah. Butuh waktu untuk mengangkat kembali pasar ini ke segmen atas,” ujar Merza.
Ia mencontohkan produk operator CDMA yang laris manis adalah yang harganya berkisar Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu. “Smartphone kan nggak ada yang di kisaran harga itu,” kata Merza. Karena itu, lanjutnya operator harus mencari akal meningkatkan nilai jualnya dulu lewat layanan-layanan yang menarik.
Fren sebenarnya pernah berinisiatif menjual ponsel pintar yang bekerja di jaringan CDMA EVDO. Penjualannya pun, menurut Merza sangat bagus. Tetapi pada perkembangan selanjutnya konsumen merasa kesulitan mencari pilihan lain ketika ingin berganti perangkat.
“Kalau di pasar perangkat GSM itu banyak peranti, kalau di CDMA sedikit peranti. Padahal konsumen di Indonesia kerap gonta-ganti ponsel dalam satu tahun. Nah ketika ingin ganti dengan smartphone, perangkatnya tidak tersedia,” kata Merza.
Kendala lainnya, perangkat pintar harganya tidak murah, sekitar Rp 4 sampai Rp 5 jutaan. “Karena itu kalau harus bersaing head to head dengan GSM nggak bisa,” kata Merza.
Walau banyak kendala, ia melanjutkan, tidak berarti operator CDMA tak ingin menjual ponsel pintar. “Kita sedang menjajaki ,tetapi memang harus diangkat dulu pasarnya,” katanya.
Berbeda dengan Fren, StarOne dan Smart sedikit lebih optimistis. StarOne, contohnya, berencana memasarkan BlackBerry khusus CDMA. Langkah itu konon juga ditempuh oleh Smart. StarOne saat ini sedang melakukan uji jaringan.
Kartika Candra