Survei terbaru dari Symantec yang dikirimkan ke Tempo Jumat (12/6) menunjukkan itu. Sebanyak 97 responden survei itu mengatakan mereka selalu mendiskusikan soal "komputer hijau". Bahkan, 45 persen di antaranya mengaku telah menerapkan teknologi yang ramah lingkungan. Para "pecandu komputer itu kini sangat peduli soal menghemat konsumsi listrik (90% responden), engurangi biaya pendinginan (87%), dan menginginkan menjadi perusahaan ramah lingkungan (86%). Riset ini melibatkan 1.052 responden di Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Italia, Inggris, Brazil, Meksiko, Australia, India, Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Cina.
Demi menghemat lingkungan, "Mereka rela membayar dengan biaya premium untuk produk yang hemat energi," kata Jose Iglesias, Vice President Global Solutions, Symantec Corporation. Sebanyak 66 persen responden bahkan berani membayar harga 10 persen lebih mahal untuk produk teknologi ramah lingkungan. Sisanya, berani membayar 20 persen lebih mahal ketimbang produk biasa.
Di industri prosesor, pergeseran ini terlihat jelas. Intel, misalnya, kini mulai serius memproduksi prosesor-prosesor yang konsumsi listriknya super rendah (ultra low voltage). Mereka menciptakan varian baru prosesor yang bisa membuat baterai laptop bisa tahan hingga delapan jam. Prosesor ini sudah digunakan oleh Acer seri Timeline yang baterainya bisa tahan delapan jam.
BS