Layanan yang disediakan Opera ini bisa mengunduh berkas dari komputer di Amerika, misalnya, ke komputer di Bandung secara langsung. Pengguna tak perlu memasang software tambahan. Apabia berkasnya sudah diunduh berkas itu bisa dibuka dengan browser apa pun.
Teknologi seperti ini sebenarnya telah dirintis oleh Shawn Fanning, penemu Napster pada 2001. Fanning membuat industri rekaman kelimpungan karena pertukaran lagu (baca: pembajakan lagu meningkat pesat). Fanning kemudian digugat dan kalah. Layanan itu kemudian ditiru banyak software, salah satunya bittorrent. Layanan ini kebanyakan juga harus membayar iuran dan perlu proses ribet untuk mengunggah berkas.
Baca Juga:
Opera menjawab kesulitan itu dengan layanan ini. Pengguna cukup menggunakan browser ini untuk berbagi file. Gratis lagi.
"Kami yakin ini akan menjadi revolusi di internet. Kami telah mengamati perkembangan ini dan akan menjadi tren pada 1 sampai 5 tahun mendatang," kata Phillip Gronvold, product analyst Opera, kepada Reuters.
Saat ini Opera adalah browser terbesar ketiga di dunia. Ia digunakan sekitar 40 juta orang, kalah dengan Internet Explorer maupun Mozilla Firefox.
"Dengan layanan ini kamib erharap bisa memperkuat penetrasi di komputer-komputer," kata Gronvold. "Kami merasa inilah saat kebangkitan browser."
Microsoft Internet Explorer saat ini digunakan oleh sekitar 60 persen pengguna internet, Mozilla Firefox sekitar 40 persen dan Opera hanya 4 persen, sedikit di atas Google dan Apple. Demikian data yang dilansir Statcounter.
Namun, beberapa waktu lalu Microsoft dianggap melanggar undang-undang antimonopoli di wilayah Uni Eropa karena mereka membundel software itu dengan Windows. Microsoft, pekan lalu berjanji akan mencopot paket bundel ini.
BS