"Dengan menggunakan metode komputasional, yang telah dikembangkan selama 10 tahun terakhir di Oxford, kami mampu merekonstruksi asal-usul dan rentang waktu pandemi baru ini," kata Oliver Pybus dari Departemen Zoology Oxford University, penulis paper itu. "Hasil analisis kami memperlihatkan bahwa strain ini telah beredar di antara babi, mungkin antarbenua, selama bertahun-tahun sebelum menular pada manusia."
Bersama Andrew Rambaut dari University of Edinburgh dan koleganya, Pybus menggunakan analisis evolusioner untuk memperkirakan rentang waktu asal-usul dan perkembangan awal epidemi. Mereka yakin bahwa virus itu adalah turunan dari beberapa virus yang bersirkulasi dalam tubuh babi, dan transmisi awal kepada manusia terjadi beberapa bulan sebelum wabah diketahui.
Tim peneliti yang tergabung dari sejumlah perguruan tinggi, seperti Oxford University, University of Edinburgh, University of Hong Kong, dan University of Arizona itu menyimpulkan bahwa pemantauan sistematis terhadap flu pada babi masih minim bila dibandingkan dengan pemantauan yang luas terhadap influenza pada manusia. "Hal itu memungkinkan strain yang berpotensi menimbulkan pandemi bertahan hidup dan berevolusi tanpa terdeteksi selama bertahun-tahun," kata Pybus.
TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY