TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Kelautan dan Atmosferik Amerika Serikat (NOAA) mengumumkan kehadiran kembali El Nino di Samudera Pasifik, kemarin. Fenomena iklim yang bisa membawa dampak pada cuaca global, termasuk kekeringan di Indonesia itu, diperkirakan akan terus tumbuh dalam beberapa bulan ke depan dan bertahan selama setahun setelahnya.
“Perkembangan sains iklim memungkinkan kami memberi peringatan kepada industri-industri, pemerintahan, dan para manajer mitigasi bencana tentang kondisi cuaca yang mungkin dikirim El Nino untuk melindungi kehidupan, properti dan ekonomi bisa terlindungi,” jelas Jane Lubchenco, Kepala NOAA yang juga Menteri Muda Perdagangan untuk Kelautan dan Atmosfer.
Skala dampak yang akan ditimbulkannya memang akan tergantung dari banyak faktor seperti intensitas dan luasan laut yang menghangat, serta waktu. Tapi, tidak semua dampaknya negatif dan mengerikan seperti kekeringan dan kebakaran hutan massif yang dialami Indonesia pada 1997 lalu.
Fenomena yang datang 2-5 tahun sekali itu bisa menekan aktivitas hurikan Atlantik. “Di Amerika Serikat, El Nino mengundang hujan di wilayah-wilayah barat daya yang kering, melemahkan musim dingin di sekujur wilayah utara dan mengurangi risiko kebakaran hutan Florida,” jelas Jane.
(NOAA)