TEMPO.CO, Jakarta - Banjir bandang disertai longsor terjadi di sejumlah wilayah di Sumatera Barat pada Sabtu, 12 mei 2024. Hingga kini Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat korban meninggal mencapai 50 orang.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyebut hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat merupakan pemicu banjir bandang, banjir lahar hujan, dan longsor di Sumbar.
Menurut Dwikorita, berdasarkan analisa BMKG per tanggal 6 Mei 2024, telah terdeteksi adanya pola sirkulasi siklonik di sebelah barat Aceh yang berpotensi memicu pertumbuhan awan hujan secara intensif.
"Merespons hal tersebut, BMKG di hari yang sama langsung menerbitkan peringatan dini potensi hujan lebat hingga sangat lebat yang dapat berujung bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, banjir lahar hujan dan longsor di Sumatera Barat," kata dia melalui keterangan tertulis, Senin, 13 Mei 2024.
Informasi dalam bentuk peringatan dini tersebut, kata dia, sangat penting untuk ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait yang berwenang melakukan upaya mitigasi lanjut untuk mengurangi risiko bencana di Sumatera Barat, khususnya di daerah rawan bencana, seperti di bantaran sungai, pegunungan dan perbukitan selama periode 9-12 Mei 2024.
Sementara terkait lahar gunung, Dwikorita menjelaskan, material lahar tersebut berasal dari material erupsi Gunung Marapi beberapa waktu lalu yang masih mengendap di lereng bagian atas gunung, kemudian hanyut terbawa air hujan ke arah hilir, hingga menerjang tiga kabupaten yang berada di sekitarnya.
Dwikorita mengingatkan kepada masyarakat bahwa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi bakal terjadi hingga 22 Mei 2024 atau selama sepekan ke depan. Berdasarkan analisa BMKG, lanjut dia, hingga tanggal 13 Mei 2024 berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Sedangkan pada 14 Mei diperkirakan ada penurunan intensitas hujan menjadi ringan. Lalu pada 15-17 Mei diprediksi akan terjadi peningkatan curah hujan lagi hingga 22 Mei 2024.
"Artinya kewaspadaan terhadap terjadinya banjir lahar hujan, juga galodo atau banjir bandang serta longsor ini masih akan berlanjut paling tidak hingga tanggal 17-22 Mei atau sepekan ke depan. Maka, masyarakat dihimbau untuk menghindar atau menjauhi lereng-lereng bukit atau gunung yang rawan longsor," ujarnya.
Selain curah hujan, Dwikorita menyatakan penyebab bencana di Sumatera Barat kali ini tidak hanya karena material lahar erupsi Gunung Marapi ataupun cuaca hujan lebat saja.
Dia menyebut ada faktor lain, yaitu getaran gempa. Gempa yang dimaksud adalah gempa kerak dangkal-sesar aktif di Sumatera Barat. Selama periode April-Mei 2024 terekam aktivitas gempa lebih dari 35 kali.
"BMKG mendeteksi selama sebulan terakhir terjadi gempa-gempa kecil dengan Magnitudo sekitar 3 yang cukup mampu meretakkan batuan ataupun menyebabkan runtuhan batuan di banyak tempat," ujarnya.
Dia menduga runtuhan batuan itu menyumbat aliran sungai di hulu Marapi. Juga retakan batuan lebih mudah menjadi longsor setelah guyuran hujan sedang-lebat berhari-hari hingga menyebabkan banjir bandang.
ZACHARIAS WURAGIL | IRSYAN HASYIM |
Pilihan Editor: Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa