TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Bidang Genetika di IPB University, Ronny Rachman Noor, mengomentari kematian pasien hidup pertama yang menerima donor ginjal babi. Richard 'Rick' Slayman dinyatakan meninggal pada Sabtu lalu, dua bulan setelah menjalani xenotransplantasi di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Amerika Serikat.
Menurut Ronny, sekalipun si pasien akhirnya meninggal, teknik rekayasa genetika yang dicapai telah menimbulkan harapan baru bagi jutaan pasien gagal ginjal di seluruh dunia. "Lompatan yang sangat penting dalam mengatasi kekurangan organ di seluruh dunia," kata Ronny melalui keterangan tertulis, Jumat 17 Mei 2024.
Menurut Ronny, perkembangan ilmu pengetahuan terkait transplantasi ginjal babi ke manusia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu teknologi yang digunakan adalah pengeditan gen yang dapat memecahkan masalah penolakan organ oleh tubuh penerima.
Dia menerangkan, pada dasarnya teknologi edit gen agar organ dari babi dapat diterima tubuh manusia melalui tiga tahapan. Yang pertama, menghilangkan gen tertentu dari babi yang bereaksi terhadap antibodi manusia. Selanjutnya, ditambahkan gen tertentu dari manusia untuk meningkatkan kecocokan ginjal dengan manusia.
"Tahap terakhir adalah menonaktifkan virus yang ada di semua genom babi untuk menghilangkan risiko infeksi pada penerimanya.”
Menurut Ronny, perkembangan teknologi yang sangat cepat ini menimbulkan harapan baru bagi pasien yang menunggu donor organ secara konvensional. Dia menyodorkan data kekurangan organ untuk transplantasi seperti misalnya ginjal dari manusia yang disebutnya sudah sangat kronis.
"Di Australia terdapat sebanyak 1.400 pasien yang menunggu transplantasi ginjal, sedangkan di Amerika angkanya mencapai 96.500 orang,” katanya memberi contoh.
Dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti di dunia menunjukkan bahwa transplantasi merupakan cara yang dinilai efektif ketika pasien mengalami gagal ginjal akut. Hasil studi yang dilakukan National Kidney Foundation di Australia juga menunjukkan bahwa orang dengan transplantasi ginjal hidup lebih lama dibandingkan mereka yang menjalani dialisis (cuci darah) rutin.
Dalam kasus Richard Slayman, rumah sakit menyatakan tak melihat indikasi dari transplantasi itu di balik penyebab pria berusia 62 tahun tersebut. Sebaliknya, tim dokter yakin ginjal donor itu seharusnya mampu bertahan sedikitnya selama dua tahun.
Babi, Kontroversi Xenotransplantasi, dan Harapannya
Selama beberapa dekade, para peneliti di dunia telah mengeksplorasi penggunaan organ dan jaringan hewan yang ditransplantasikan pada manusia. Sebagai contoh, pada 1984 tercatat bayi pertama menjalani xenotransplantasi dengan menerima jantung babon dan dapat bertahan hidup selama 21 hari.
Tapi, organ babi lebih banyak digunakan dalam penelitian dengan alasan ukuran yang hampir serupa dengan milik manusia. Tak sebatas organ, pemanfaatan pun mencakup, seperti, insulin diabetes dan jaringan untuk katup jantung.
Dalam perkembangannya, ginjal babi yang menjalani rekayasa genetika sebelumnya pun telah berhasil dicangkokkan ke monyet dan dapat bertahan hidup selama rata-rata 176 hari. Bahkan pada kasus lainnya dapat bertahan hidup selama lebih dari dua tahun.
Tidak hanya ginjal, namun juga organ lainnya seperti jantung babi, didonorkan menggunakan teknologi yang hampir sama.
Keberhasilan transplantasi ginjal babi ke manusia memang menimbulkan harapan baru bagi jutaan pasien di seluruh dunia namun, Ronny menambahkan, kontroversi yang menyertainya kemungkinan besar tidak pernah sirna. Dia menunjuk masalah etika.
Juga, dia menambahkan, bagi umat muslim tentunya akan menolak jika organ yang dicangkokkan berasal dari babi karena masalah kehalalan. Sedangkan aktivis dan pecinta hewan memandang bahwa hewan sekalipun tidak layak dikorbankan untuk kepentingan manusia.
Pilihan Editor: Peringatan Dini Cuaca BMKG, Wilayah Mana Bakal Diguyur Hujan Lebat?