Hasil persilangan antara Begonia listada, yang memiliki daun belang meruncing, dan Begonia acetosa, tanaman berdaun lebar hijau polos dan dasar daun merah tua itu berhasil memadukan sifat kedua induknya dengan pas. Yang menarik, ketika masih muda, daun begonia hibrida baru ini melengkung seperti mangkuk dan memamerkan bagian bawahnya yang merah.
Begonia yang telah diakui sebagai sebuah kultivar baru itu adalah karya Hartutiningsih M. Siregar, peneliti begonia di Pusat Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Nama begonia jenis berdaun indah ini pun diambil dari namanya.
Ketika berhasil membuat kultivar baru, Hartutiningsih sebenarnya tak ingin menamai begonia tersebut dengan namanya. Dia memilih nama listatosa, gabungan dari listada dan acetosa. Namun, urusan nama-menamai kultivar baru ternyata harus mengikuti buku manual yang mengharamkan pemakaian nama berbau latin, yang biasanya disematkan pada flora-fauna spesies. Nama hibrida juga tak boleh menggunakan tiga suku kata.
Seorang peneliti asing kemudian menyarankan agar Hartutiningsih menggunakan namanya sendiri, dan nama Begonia "Tuti Siregar" justru diterima oleh Asosiasi Begonia Amerika sebagai hibrida baru dari Kebun Raya Bali.
Perlu tiga tahun bagi Hartutiningsih untuk "melahirkan" hibrida baru tersebut. Dalam proses penyilangan sebetulnya juga diperoleh dua variasi lain, yaitu begonia berdaun kipas dan segitiga. Namun, bentuk itu kalah dominan oleh Begonia "Tuti Siregar".
Kehadiran Begonia "Tuti Siregar" ini menambah kaya koleksi tumbuhan Begonia di Kebun Raya "Eka Karya" Bali. Koleksinya yang telah mencapai angka 294 itu kini bisa dinikmati di Taman Begonia, yang baru saja diresmikan pada Rabu lalu, bertepatan dengan ulang tahun kebun raya tersebut yang ke-50. Taman ini berada dalam sebuah rumah kaca seluas 692,35 meter persegi yang selesai dibangun Departemen Pekerjaan Umum pada akhir 2008.
Dari 294 begonia yang menjadi koleksi Kebun Raya Bali, 81 spesies merupakan jenis asli Indonesia. Sedangkan sisanya merupakan begonia hasil persilangan. "Koleksi begonia ini merupakan koleksi andalan Kebun Raya Bali karena merupakan koleksi begonia terlengkap di dunia," kata Hartutiningsih, yang menjadi penggagas pembuatan Taman Begonia.
Istri Mustaid Siregar, Kepala Pusat Kebun Raya LIPI, itu sebenarnya tidak menyangka koleksi begonia yang dikumpulkannya sejak 2001 tersebut adalah koleksi terlengkap di dunia saat ini. "Semula saya tidak percaya diri mengatakan koleksi saya paling unggul," kata Hartutiningsih. "Ternyata para peneliti begonia itu mengatakan koleksi saya terlengkap di Indonesia, bahkan di dunia, karena memiliki koleksi native species."
Sebenarnya begonia asli Indonesia yang harus dikonservasi mencapai 200 jenis, menurut data Herbarium Bogoriense. Namun, baru 81 spesies yang dapat dikonservasi di pusat konservasi begonia di Bali. "Kebun Raya Bali, yang terletak di Bedugul, memang memiliki ketinggian yang sesuai untuk begonia, jadi mereka nyaman berada di sini," kata Tuti.
Bukan hanya spesies begonia asli Indonesia yang tersimpan dalam rumah kaca itu. Sebagian lainnya merupakan hasil program pertukaran biji dengan berbagai kebun raya lain di seluruh dunia. Program pertukaran biji ini dirintis oleh Hartutiningsih ketika mulai bergabung dengan asosiasi begonia di Amerika pada 2006 dan menjalin kerja sama dengan peneliti begonia lainnya.
Selain koleksi begonia spesies dan hibrida, Taman Begonia menyimpan empat spesimen tipe. Keempat spesimen tipe itu adalah hasil identifikasi empat spesies begonia yang ditemukan dalam eksplorasi ke Sulawesi Tenggara dan Taman Nasional Kelimutu, Flores, Nusa Tenggara Timur. Analisis yang dilakukan para taksonomis menunjukkan bahwa empat jenis begonia itu adalah sepesies baru, yaitu Begonia didyma, Begonia guttapila, Begonia hooveriana, dan Begonia kelimutuensis.
Kini Hartutiningsih berencana mengumpulkan begonia yang bisa beradaptasi dan sesuai untuk dataran rendah. Karena, sejak pertengahan 2009, dia harus mengikuti suaminya pindah ke Kebun Raya Bogor. "Saya menangis di sini setiap hari, hampir seminggu," ujarnya. "Saya harus meninggalkan semua koleksi begonia yang saya kumpulkan dan kembangkan selama delapan tahun sampai seperti ini. Ini wujud bakti saya sebagai peneliti terhadap kebun raya, tanggung jawab moral saya sebagai peneliti bisa mengoleksi sebesar ini."
l TJANDRA DEWI