Snap terbilang unik bila dibandingkan dengan handset terbaru HTC yang diluncurkan sejak akhir 2008 hingga kini. Ia menjadi berbeda bila dibandingkan dengan seri keluarga Touch terbaru, seperti Touch Pro dan Pro2, Diamond dan Diamond 2, serta Touch 3G dan HD.
Snap menjadi "oasis" bagi mereka yang mengharapkan ponsel berbanderol rada murah di antara keluarga Touch yang selangit. Meski jauh lebih murah, HTC tak ingin membuat Snap bak ponsel kacangan.
Snap sebetulnya tak murah-murah amat. Banderolnya Rp 3,9 juta. Dengan duit sebesar itu, pengguna akan mendapatkan ponsel berdesain agak mirip BlackBerry, terutama dengan tombol navigasi trackball, seperti pada BlackBerry Bold dan Javelin.
Snap memakai input keyboard QWERTY. Ini tentu bukan barang baru. Namun, desain tubuhnya betul-betul segar bila Anda mengamati jajaran ponsel-ponsel pintar keluaran HTC. Ia kombinasi dari handset bertubuh tipis, sudut membulat, dan bobot enteng.
Snap bekerja dengan sistem operasi Windows Mobile 6.1 Standard pada layar tak sentuh. "Meski bukan layar sentuh, Snap tetaplah ponsel pintar," kata Agus Sugiarto, Country Manager HTC Indonesia.
Snap bisa terkoneksi dengan server Microsoft Exchange, sehingga memungkinkan layanan mirip push e-mail. Selain itu, sinkronisasi bisa dilakukan dengan komputer, untuk e-mail, kontak, dan kalender, serta berkas-berkas.
Snap dilengkapi kamera 2 megapiksel, yang terbilang lumayan bagus. Ia mampu menghasilkan berkas berkapasitas 500 kilobita dengan hasil yang cukup jelas, meski koleksi warnanya tak sedahsyat Diamond 2, yang pernah menemani i-Tempo di Taipei, Taiwan, selama sepekan.
Meski termasuk ponsel paling murah di jajaran ponsel HTC terbaru saat ini, HTC sudah menambahkan beberapa fitur menarik. Salah satunya adalah tombol Inner Circle. Ini tombol untuk mengakses e-mail dari kelompok mereka yang cukup sering berkomunikasi dengan pengguna.
Ponsel ini juga sudah menyediakan koneksi jaringan generasi 3G HSPA. Ini membuatnya bisa mengakses Internet secara cepat.
Meski begitu, ada beberapa catatan untuk ponsel ini. Catatan pertama adalah sulitnya membuka penutup baterai, yang sekaligus menjadi bagian punggung Snap. Perlu sedikit tenaga ekstra pada ujung jari untuk membuka penutup ini.
Lalu, pada saat memasukkan kartu SIM, awalnya i-Tempo mengira baterai tak perlu dilepas karena posisi slot ada di sebelah atas baterai. Ini tentu akan menjadi nilai plus tersendiri.
Tapi perkiraan itu keliru. Baterai tetap harus dicopot karena kartu SIM di-"kunci" dengan semacam pengganjal kecil, yang hanya bisa digeser (untuk menarik atau memasukkan kartu SIM) bila baterai dicabut.
Daya tahan baterai standar 1.500 mAh ini disebut mencapai delapan setengah jam untuk waktu bicara. Bila ditambah standby, ponsel ini bisa bertahan selama hampir tiga hari.
DEDDY SINAGA