TEMPO Interaktif, Jakarta - Bom bunuh diri yang meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jumat pekan lalu, membuat tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Republik Indonesia kembali bekerja keras. Di tangan tim tersebutlah proses pengidentifikasian pelaku maupun korban, yang sebagian besar kondisinya telah hancur, dilakukan.
Dalam prosesi identifikasi pelaku, yang oleh Kepala Polri Bambang Hendarso Danuri disebut berinisial N, kemarin polisi telah menjemput orang tua Nur Said dan adiknya, Udi Mas'ud, dari Temanggung, Jawa Tengah. Nur Said diduga adalah pria berinisial N tersebut. Mereka dibawa ke Semarang untuk menjalani pemeriksaan contoh darah, liur, dan rambut, yang akan dicocokkan dengan DNA pelaku di tempat kejadian.
Uji DNA kini telah menjadi prosedur baku dalam proses identifikasi korban bencana. DNA akan memastikan identitas masing-masing korban. Polisi mengangkut kedua orang tua dan adik Nur Said untuk memastikan apakah dia benar-benar orang yang dicari. Sebab, hasil pengujian DNA yang diperoleh dari kedua orang tua dan satu saudara kandung menghasilkan probabilitas identitas yang tertinggi, mencapai 99,96 persen, dibandingkan dengan kepastian yang dihasilkan pemeriksaan DNA terhadap satu saudara kandung, yang hanya 92,1 persen.
Uji DNA juga lebih efektif daripada mencari data primer, seperti rekam gigi pelaku atau korban, apalagi sidik jari. Sayangnya, proses pengujian DNA perlu waktu yang cukup lama, bahkan bisa mencapai dua minggu.
Selain mencari dan menyelidiki identitas pelaku, tim DVI Polri masih harus mengidentifikasi sejumlah jenazah korban. Sampai kemarin, masih empat jenazah yang belum teridentifikasi dari sembilan korban yang tewas dalam tragedi itu. Proses identifikasi agak sulit lantaran kondisi tubuh mereka rusak parah.
Baca Juga:
Salah satu jenazah yang berada di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Sukanto, Kramatjati, diduga adalah Ibrahim, penata bunga di Hotel Ritz-Carlton, yang hilang sejak kejadian itu. Sedangkan satu jenazah yang masih menunggu proses identifikasi berjenis kelamin perempuan. Tubuhnya tidak utuh. "Kepala, lengan kanan, dan dua kaki mulai dari lutut hilang," kata petugas ruang pemulasaran jenazah di rumah sakit itu.
Lima korban tewas lain yang telah teridentifikasi sudah diambil oleh keluarga masing-masing, yaitu empat warga asing dan satu warga Indonesia. Warga asing itu adalah Timothy Mackay, pria 60 tahun asal Selandia Baru, serta tiga warga Australia, yaitu Garth McEvoy, 39 tahun, Nathan Verity, dan Craig Sanger. Adapun Evert Mokodompis, 33 tahun, warga Ciledug, Tangerang, telah dikebumikan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Garth McEvoy bisa dikenali setelah tim DVI merekonstruksi jasad korban. McEvoy adalah salah satu dari lima korban pengeboman di Hotel JW Marriott. "Ciri-ciri fisik korban identik dengan informasi yang diperoleh polisi," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Nanan Soekarna.
Upaya identifikasi juga masih terus dilakukan tim DVI terhadap tiga korban yang tewas di Hotel Ritz-Carlton. Sebenarnya angka tiga korban tewas itu adalah kesimpulan yang diambil polisi setelah tim DVI mengidentifikasi dua tubuh tanpa kepala dan sebuah kepala. "Polisi baru bisa memastikan bahwa salah seorang di antaranya adalah perempuan. Tapi belum bisa dipastikan apakah dia pelakunya," katanya.
Semula kepala itu diyakini pasangan salah satu dari kedua tubuh tersebut, namun kepala itu ternyata milik korban lain. Sampai saat ini polisi belum menemukan dua kepala korban yang diduga terserak di sekitar lokasi kejadian. "Itu yang masih kami cari," kata Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Ketut Untung Yoga, Sabtu lalu.
Upaya pencarian menemui kesulitan karena sebagian tubuh korban ditemukan dalam kondisi tercerai-berai. "Itu mengapa kami mengerahkan tim DVI," katanya.
Hingga saat ini, kata Ketut, tim DVI masih terus bekerja merekonstruksi tubuh korban yang rusak tersebut. Ketut mengatakan proses identifikasi memang perlu waktu sehingga dia minta masyarakat bersabar.
Berbeda dengan upaya identifikasi korban pengeboman sebelumnya, kali ini seluruh proses dilakukan oleh personel Polri. Sejumlah negara asing, seperti Amerika Serikat dan Australia, sebenarnya telah memberi tawaran untuk membantu, namun tawaran itu belum dipergunakan.
TJANDRA DEWI | RIKY FERDIANTO | MUH SYAIFULLAH | REZA M