TEMPO.CO, Jakarta - Warga Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dan sekitarnya merasakan gempa pada Kamis, 25 Juli 2024, dini hari dan sore hari. Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Daryono, penyebab gempa adalah pergerakan Sesar Ciremai. “Pergeseran sesarnya 0,1 milimeter per tahun, mampu mengguncang sampai magnitudo 6,5,” katanya saat dihubungi Kamis malam, 25 Juli 2024.
Pada kejadian terbaru, gempa tektonik kembali dirasakan warga Kuningan saat dini hari dan sore menjelang petang, Kamis, 25 Juli 2024. Dari hasil pantauan BMKG, kata Daryono, kedua gempa merupakan satu rangkaian peristiwa. Dia mengimbau warga untuk memperhatikan kerusakan bangunan rumahnya. “Kalau rumahnya sudah retak, miring, jangan ditempati dulu,” katanya.
Daryono mengatakan penilaian kondisi rumah warga yang rusak itu dilakukan oleh petugas BPBD setempat. Selain itu, penilaian bisa dibantu oleh petugas Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Kuningan.
Sesar Ciremai telah dikaji para ahli dan masuk dalam Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia pada 2017. Patahan itu tercatat memiliki panjang sejauh 20 kilometer yang hampir berbentuk lurus berarah antara timur-barat laut, dengan mekanisme pergerakan geser atau strike-slip fault.
Menurut Daryono, gempa tektonik telah mengguncang wilayah Kuningan setidaknya pada 1947, 1955, dan 1973, di wilayah Gunung Ciremai dan sekitarnya. Gempa yang relatif baru terjadi pada 29 September 2019, dengan magnitudo 2,9 di wilayah Kuningan yang terasa hingga daerah Cikijing, Kadugede, Sangkanurip, Kalimanggis, dan Bojong.
Lindu berikutnya terjadi pada 8 Februari 2018 dengan magnitudo 3,1, dan pada 25 Juni 2019 bermagnitudo 2,6. “Sesar Ciremai yang menyebabkan wilayah Kabupaten Kuningan dan sekitarnya kerap dilanda gempa bumi,” kata Daryono.
Lindu pertama pada Kamis, 25 Juli 2024, pukul 04.01 WIB bermagnitudo 3,6 getarannya dirasakan sebagian orang dan membuat benda-benda ringan yang digantung bergoyang hingga terasa di dalam rumah seakan ada truk yang berlalu.
Sedangkan pada gempa kedua pukul 17.36 WIB dengan magnitudo 4,1, skala intensitas gempanya ikut meningkat dari getaran yang terasa seperti truk berlalu hingga bisa membuat gerabah pecah, jendela dan pintu berderik serta dinding berbunyi.
Laporan sementara yang diterima BMKG menunjukkan terjadinya kerusakan ringan pada beberapa bangunan rumah sebagai dampak gempa.
Pilihan Editor: Kekeringan Melanda Imbas Krisis Iklim, Peneliti BRIN Sarankan Metode Ini