TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB menyatakan, sebanyak 99 persen penyebab bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Indonesia terjadi karena ulah manusia.
"Kalau orang sudah niat, susah pencegahannya. Alternatifnya adalah penegakan hukum, tapi harus punya surveilans yang kuat. Itu pun harus real time," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam diskusi yang diadakan Yayasan Auriga Nusantara, Rabu, 7 Agustus 2024.
Menurut Muhari, para pembakar hutan dan lahan biasanya belum jauh ketika api mulai terdeteksi. Sehingga informasi titik api harus betul-betul tidak ada delay seperti selama ini jika menggunakan satelit yang jedanya 3 sampai 6 jam. "Kalau bicara pencegahan pun yang paling utama adalah data," ungkapnya.
BNPB mencatat, pada tahun 2023 Karhutla menjadi bencana terbanyak di Indonesia. Dari 5.400 bencana yang terjadi sepanjang tahun 2023, sebanyak 2051 berupa karhutla.
Muhari menjelaskan, Karhutla di Indonesia pun berbeda dengan negara lain. Ia memberi contoh Amerika Serikat yang 30 persen karhutla-nya disebabkan oleh petir. Kalau di Indonesia, sebagian besar karena intervensi manusia.
Tantangan lain penanganan Karhutla di Indonesia, kata Muhari, adalah anomali cuaca. Ketika puncak musim hujan di bulan Februari, sisi barat Provinsi Aceh bisa jadi banjir bandang, tapi di sisi timur malah tejadi kebakaran hutan dan lahan.
Pilihan Editor: Cara Menggunakan AirDrop di iPhone untuk Mengirim File dengan Mudah