Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peneliti BRIN Ungkap Ragam Khasiat Ketepeng Cina, Dimulai dari Kosmetik dan Obat Kulit

image-gnews
Tanaman ketepeng cina yang bernama latin Cassia alata linn punya banyak khasiat obat. (Facebook Taman Buah)
Tanaman ketepeng cina yang bernama latin Cassia alata linn punya banyak khasiat obat. (Facebook Taman Buah)
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Pohon ketepeng cina (Cassia alata linn) berkhasiat untuk mengatasi beragam penyakit. Selama ini ketepeng cina juga dikenal dari daunnya yang menjadi komoditas ekspor dalam bentuk simplisia kering ke Jepang dan Korea sebagai bahan baku kosmetik.

Peneliti di Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Marissa Angelina mengatakan, tumbuhan yang sama telah banyak digunakan untuk obat penyakit kulit seperti panu, kadas, dan penyembuh luka. “Bijinya juga bisa untuk obat anticacing, kudis, dan malaria,” katanya lewat keterangan tertulis dari BRIN, Sabtu 28 September 2024.

Marissa meneliti ketepeng cina mulai 2016 dengan mengujinya untuk mengatasi malaria, bakteri, dan inflamasi atau peradangan, serta demam berdarah dengue (DBD). Berdasarkan tinjauan artikel dan aktivitas farmakologi, tanaman itu disebutkannya mempunyai senyawa ampuh pada daun dan bagian lain dengan kandungan antrakuinon, emodin, kreoepenol, rhein, aleo emodin, dan senosida.

Dalam penelitiannya, Marissa membuat ekstrak daun ketepeng cina untuk karakterisasi dan standardisasi. Sampel daunnya dipetik dari ketepeng cina yang tumbuh di Bogor, Kebun Raya Bogor, Tangerang Selatan, hingga Kalimantan. Dari hasil penelitiannya, daun ketepeng cina terbukti dapat menghambat pertumbuhan virus dengue. Pun dapat mengahambat pertumbuhan virus SARS CoV-2.

Pada riset lainnya, Marissa menjadikan ekstraksi ketepeng cina dalam bentuk krim dan gel agar nyaman di kulit untuk menangkal bakteri dan jamur. “Prototipe ini aktif menghambat pertumbuhan jamur dan mengobati jerawat serta radang pada kulit,” ujarnya.

Marissa Angelina dari Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN menjelaskan penelitian khasiat tumbuhan ketepeng cina. FOTO/Tangkapan layar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hasil risetnya itu sudah dipatenkan dan dibuat menjadi produk. Dia juga berkolaborasi dengan peneliti dari beberapa kampus menguji khasiat ketepeng cina sebagai penyembuh dan meredakan peradangan luka yang dibuat dalam bentuk oral disolving film.

Riset lainnya dilakukan bersama Universitas Islam Indonesia, meneliti nanoemulsi ekstrak daun ketepeng cina. Mereka menggunakan ikan zebra sebagai hewan uji. “Hasilnya menunjukkan ekor ikan zebra yang diamputasi dapat tumbuh kembali setelah diolesi nanoemulsi tersebut,” katanya.

Marissa mengatakan upaya kerja sama dan kolaborasi sangat dibutuhkan untuk dapat mengumpulkan bukti ilmiah obat-obatan dari bahan alami alias herbal. Dukungan kebijakan yang selaras dari pemerintah terkait dana riset disebutnya sangat penting untuk mendukung inovasi dan kebelanjutan riset obat berbahan alami.

Kepala Organisasi Riset Kesehatan, N.L.P. Indi Dharmayanti mengatakan, saat ini minat terhadap pengobatan herbal tumbuh pesat dan harus divalidasi secara ketat dengan bukti melalui penelitian ilmiah untuk memastikan standar  tertinggi. "Pendekatan menyeluruh berbasis ilmiah dalam memahami pengobatan herbal sangat diperlukan untuk menyoroti pentingnya  ketelitian ilmiah untuk terapi obat herbal," katanya.

Pilihan Editor: Guru Besar IPB Ingatkan Risiko Lumpur Akibat Penambangan Pasir Laut

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peneliti BRIN Temukan Hujan Ekstrem di Jakarta Berdasarkan Intensitas Sesaat

1 hari lalu

Ilustrasi hujan disertai angin kencang. Shutterstock
Peneliti BRIN Temukan Hujan Ekstrem di Jakarta Berdasarkan Intensitas Sesaat

Hujan ekstrem ditemukan di antara cuaca hujan di Jabodetabek beberapa hari terakhir ini.


Hujan, Petir, dan Angin Kencang Beberapa Hari Ini di Jabodetabek: Dampak dan Penyebabnya

1 hari lalu

Banjir melanda Jalan Ciledug Raya, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu, 25 September 2024. ANTARA/HO-BPBD DKI
Hujan, Petir, dan Angin Kencang Beberapa Hari Ini di Jabodetabek: Dampak dan Penyebabnya

Cuaca hari-hari hujan disertai angin kencang dan petir diprediksi bisa bertahan sampai dasarian pertama Oktober.


Riset BRIN: Perubahan Peran Kapal Pinisi Ancam Pelestarian Pengetahuan Lokal dan Budaya

2 hari lalu

Warga melihat Kapal Pinisi yang ditarik ke laut saat prosesi peluncuran perahu (annyorong lopi) di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin, 11 Desember 2023. Pemerintah Kota Makassar meresmikan dua unit Kapal Pinisi yang dibuat dengan anggaran Rp7,99 miliar sebagai media atraksi wisata dan budaya serta edukasi sejarah dan menjadi salah satu program prioritas pemerintah setempat dalam memajukan sektor pariwisata di daerah itu. ANTARA FOTO/Arnas Padda
Riset BRIN: Perubahan Peran Kapal Pinisi Ancam Pelestarian Pengetahuan Lokal dan Budaya

Kapal pinisi asli secara historis digunakan oleh masyarakat Bugis Makassar untuk perdagangan antarpulau dan telah mengalami transformasi.


Peringati World Heart Day, Peneliti BRIN: Usia 19-64 Tahun Rentan Penyakit Kardiovaskular

2 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Peringati World Heart Day, Peneliti BRIN: Usia 19-64 Tahun Rentan Penyakit Kardiovaskular

Peneliti Ahli Madya BRIN mengatakan, usia rentan terkena penyakit kardiovaskular adalah usia dewasa, yakni 19 hingga 64 tahun.


BRIN Usulkan Raja Ampat Sebagai Cagar Biosfer ke UNESCO

3 hari lalu

Barisan pulau di Raja Ampat, Papua Barat.
BRIN Usulkan Raja Ampat Sebagai Cagar Biosfer ke UNESCO

BRIN mengusulkan Raja Ampat sebagai Cagar Biosfer UNESCO. Prosesnya sudah dimulai sejak tahun lalu.


Dari Selatan, Cuaca Mendung Gelap dan Hujan Deras Bisa Meluas ke Seluruh Jabodetabek Malam Ini

4 hari lalu

Ilustrasi hujan. Pixabay
Dari Selatan, Cuaca Mendung Gelap dan Hujan Deras Bisa Meluas ke Seluruh Jabodetabek Malam Ini

Menurut BMKG, potensi hujan yang dapat disertai angin kencang dan petir itu mungkin bertahan dan bahkan meluas hingga pukul 19 WIB nanti.


Penjelasan Fenomena Bulan Mini yang Akan Temani Bumi 2 Bulan ke Depan

4 hari lalu

Ilustrasi asteroid di dekat bumi. spaceflightinsider.com
Penjelasan Fenomena Bulan Mini yang Akan Temani Bumi 2 Bulan ke Depan

Para astronom sedang bersiap arahkan pengamatan ke fenomena yang disebut sebagian kalangan sebagai bulan kembar.


BRIN Teliti Tata Kelola PLTA dalam Menghadapi Isu Sosial Ekologis di Indonesia

5 hari lalu

Diskusi BRIN dengan Amy Falon dari Universitas Charles Sturt Australia perihal PLTA di Indonesia. Dok. Humas BRIN
BRIN Teliti Tata Kelola PLTA dalam Menghadapi Isu Sosial Ekologis di Indonesia

Keberadaan PLTA menimbulkan isu-isu tradisional, seperti permasalahan sosial, politik, dan ekologi lingkungan.


Jadi Tuan Rumah Lokakarya Nuklir IAEA 2024, Begini Rencana BRIN Memanfaatkannya

6 hari lalu

Ilustrasi gedung BRIN. Shutterstock
Jadi Tuan Rumah Lokakarya Nuklir IAEA 2024, Begini Rencana BRIN Memanfaatkannya

Workshop Infrastruktur Nuklir diselenggarakan di kantor pusat BRIN melibatkan 21 negara anggota IAEA mulai hari ini sampai Jumat mendatang.


Cerita Peneliti BRIN yang Masuk Top 2% World Ranking Scientist, Risetnya Soal Megathrust Sering Dikutip

7 hari lalu

Ilustrasi gedung BRIN. Shutterstock
Cerita Peneliti BRIN yang Masuk Top 2% World Ranking Scientist, Risetnya Soal Megathrust Sering Dikutip

Sembilan peneliti BRIN masuk daftar Top 2% World Ranking Scientist, pemeringkatan bergengsi versi Stanford University dan Elsevier.