TEMPO Interaktif, Jakarta - Dalam kerajaan binatang, segala sesuatu sebenarnya tak sesederhana yang terlihat. Individu dari spesies yang sama bisa terlihat amat berbeda satu sama lain, atau istilah biologinya polimorfisme.
Terkadang jumlah bentuk tubuh yang berbeda (exuberant polymorphisms) dalam sebuah populasi binatang dapat mencapai dua kali lipat. Para ilmuwan di University of York, Inggris, telah mengembangkan sebuah model komputer yang dapat membantu menjelaskan bagaimana tingkat variasi ini bertambah banyak dan terus berkembang.
Salah satu contoh exuberant polymorphism adalah laba-laba jenis Hawaiian happy-face, yang diteliti oleh Geoff Oxford dan timnya di jurusan biology universitas tersebut. Variasinya amat beragam, mulai dari bentuk laba-laba biasa berwarna kuning polos sampai tipe langka yang memiliki bercak merah, hitam atau putih, yang seluruhnya diwariskan kepada keturunannya. "Itu selalu menjadi misteri besar, mengapa setiap populasi laba-laba ini di seluruh kepulauan Hawaii memiliki variasi yang begitu tinggi," kata Oxford. "Inilah yang menjadi titik awal pemodelan yang kami lakukan."
Sebelum Oxford dan timnya melakukan pemodelan, para ilmuwan beranggapan bahwa polimorfisme terkait dengan upaya menghindari binatang pemangsa dengan cara meniru karakteristik binatang lain. Proses ini melibatkan perkembangan mental binatang predator yang mencari citra binatang paling umum mangsa mereka, sehingga mereka akan mengabaikan mangsa yang penampilannya jauh berbeda.
Meski terhindar dari serangan predator, binatang yang memiliki penampilan berbeda dari binatang lain harus menanggung konsekuensi yang lumayan berat karena tak bisa memiliki posisi terhormat di kelompoknya. Polimorfisme merupakan hasil seleksi evolusioner pada binatang mangsa agar terlihat berbeda dari bentuk binatang mangsa yang umum.
Meski demikian, para ilmuwan York menemukan bahwa seleksi apostatik itu tak bisa menjelaskan besarnya perbedaan antarindividu yang terlibat dalam exuberant polymorphism pada sejumlah spesies. Hal ini hanya bisa dijelaskan oleh kewaspadaan terhadap sumber makanan. Sikap waspada itu ditunjukkan oleh binatang pemangsa dengan berhati-hati sebelum memangsa makanan yang baru.
Berdasarkan riset terbaru ini, Oxford dan timnya menunjukkan bahwa tingkat sederhana kewaspadaan terhadap sumber pangan saja bisa menyebabkan terpeliharanya keragaman bentuk binatang mangsa dalam satu spesies. "Individu binatang mangsa mutan yang terlihat berbeda dari teman-temannya mempunyai keuntungan dalam bertahan hidup karena dia tidak akrab di mata predatornya," kata Daniel Franks, pakar dari York Centre for Complex Systems Analysis. "Beberapa spesies binatang mangsa mengembangkan polimorfisme untuk mengecoh predator dengan menyuguhi beragam jenis makanan yang tampak baru."
TJANDRA | SCIENCEDAILY | YORK
Tampil Beda Biar Selamat
Kamis, 13 Agustus 2009 18:11 WIB