TEMPO Interaktif, Bantul - Tangan Daniel Kristianto gemetar. Matanya lurus menatap sebuah roket sepanjang 1 meter di pinggir Pantai Pandansimo, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu lalu. Ketika roket melesat ke udara, Daniel segera menekan tombol laptop di depannya dengan jari telunjuk yang gemetar.
Wajah Daniel makin tegang. Demikian juga wajah Fery Budi Jatmiko dan Sukra Bambang, rekan satu tim yang duduk bersebelahan dengan Daniel. Ketegangan bertambah saat laju roket berhenti, disusul munculnya dua parasut yang perlahan melaju turun.
"Tahan dulu! Tunggu aba-aba saya," teriak seorang lelaki yang memegang stop watch. Daniel, Fery, dan Sukra menatap data-data di komputer yang terus bertambah. Setelah detik ke-60, kembali lelaki itu berteriak, "Stop!"
Begitu mendengar aba-aba tersebut, jari telunjuk Daniel kembali menekan tombol di laptop. Ketiga anak muda itu saling berpandangan. "Berhasil," kata Daniel.
Mereka pun tersenyum dan saling bersalaman. Ketegangan telah berlalu. Mereka segera menyimpan data, membereskan laptop, dan memberi kesempatan bagi peserta berikutnya.
Kerja keras Daniel bersama dua rekannya itu akhirnya membuahkan hasil. Tim Aeromania dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga tersebut dinyatakan sebagai juara pertama Lomba Muatan Roket 2009, 14-16 Agustus 2009. Mereka berhak mendapatkan piagam penghargaan dan uang pembinaan sebesar Rp 10 juta.
Mereka berhasil unggul di tempat teratas dalam lomba Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2009, yang diikuti 62 peserta dari perguruan tinggi negeri dan swasta. Lomba ini digelar oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Gadjah Mada (UGM), Akademi TNI Angkatan Udara, dan Pemerintah Kabupaten Bantul.
Ajang yang memperlombakan keunggulan, desain, konstruksi, dan inovasi robotik para peserta itu telah dilangsungkan untuk kedua kalinya. Dalam lomba muatan roket 2008, tim dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB meraih gelar juara pertama.
Dalam lomba yang berlangsung selama tiga hari tersebut, juara kedua dan ketiga diraih tim tuan rumah, yaitu Tim By-P (UGM), dan Tim Gatotkoco (UGM). Masing-masing berhak mendapat piagam penghargaan dan uang pembinaan sebesar Rp 8 juta dan Rp 6 juta. Tim Astronics System (ITB) menduduki posisi juara harapan I, diikuti Tim Rocket Rockers (UGM) sebagai juara harapan II dan Tim Robotics Untar 2 (Universitas Tarumanegara) di harapan III. Mereka berhak mendapat piagam penghargaan dan uang pembinaan sebesar Rp 4 juta.
Keberhasilan Tim Aeromania dalam meluncurkan dan mengirimkan data atau muatan pada roket memang amat menentukan kemenangan mereka. Titik krusial lomba Muatan Roket ini memang berlangsung saat peluncuran roket yang membawa muatan hasil rakitan para peserta lomba. Muatan roket itu berupa empat sensor: kelembapan udara, tekanan udara, temperatur, dan percepatan. Data-data itu harus bisa diperoleh sejak roket melesat ke udara hingga 60 detik berikutnya saat roket tersebut melayang jatuh ke bumi.
Untuk memperoleh data, peserta harus mengaktifkan tele-command dengan cara menekan tombol on dan off pada laptop mereka, dimulai saat roket melesat ke udara hingga 60 detik kemudian.
Selain keandalan desain dan konstruksi rangkaian muatan, keberhasilan memperoleh data ditentukan oleh laju roket. Sebab, dari 20 roket yang disediakan Lapan, tidak semuanya bisa melesat mulus ke angkasa. Sebagian justru berputar-putar beberapa meter dari permukaan tanah dan kemudian tercebur ke laut. "Karenanya, faktor luck juga berbicara dalam lomba ini," kata Safrudin, salah seorang peserta dari Universitas Negeri Semarang.
Meski begitu, tidak semua roket yang gagal terbang mulus membuat peserta otomatis gagal. "Dewan juri masih akan memberi pertimbangan tertentu untuk roket yang gagal terbang," kata Momon Sadiyatmo, Ketua Panitia Korindo. "Jadi, peserta yang roketnya kebetulan gagal melesat mulus ke angkasa tidak perlu berkecil hati. Asal peserta masih bisa mendapatkan data dari peralatan yang dipasang di roket, dewan juri akan memberikan pertimbangan tersendiri."
Sebaliknya, roket yang berhasil mulus melesat ke angkasa bukan jaminan keberhasilan peserta lomba. Perolehan poin juga ditentukan oleh keandalan muatan roket hasil rakitan peserta lomba.
Kegagalan muatan roket menghimpun data itulah yang terjadi pada kelompok Garuda, tim dari Fakultas Elektronika dan Instrumentasi UGM.
Tele-command pada rangkaian muatan yang terpasang di roket ternyata mati pada detik ketujuh sejak peluncuran. Dengan demikian, tim ini gagal mendapatkan data yang dibutuhkan. "Tele-command pada muatan yang terpasang di roket mati karena tak tahan guncangan," kata Wahyu, anggota tim Garuda, dengan raut wajah kecewa.
Pada detik ketujuh, roket tim Garuda memang sempat bergetar sebelum akhirnya berhenti pada ketinggian 1.000 meter dan kemudian terpisah menjadi dua bagian, masing-masing tabung roket dan muatan roket. Keduanya meluncur perlahan ke bumi dalam dua parasut.
HERU CN (YOGYAKARTA)
Aeromania Rebut Juara Lomba Roket Muatan di Bantul
Jumat, 21 Agustus 2009 16:28 WIB